Rabu 27 Mar 2019 15:25 WIB

Ke Monumen Pers Nasional, Apa Saja yang Bisa Dilihat?

Sekitar 18 ribu pengunjung datangi Monumen Pers Nasional setiap tahun

Monumen Pers Nasional, Solo, Jawa Tengah.
Foto: Antara/Maulana Surya
Monumen Pers Nasional, Solo, Jawa Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Sebanyak 18 ribu pengunjung setiap tahunnya mendatangi bangunan cagar budaya Monumen Pers Nasional yang ada di Kota Surakarta, Jawa Tengah. Bahkan, angkanya bisa tembus 20 ribu pengunjung per tahun, menurut Kepala Monumen Pers Nasional Widodo Hastjaryo di Solo, Rabu.

Widodo mengatakan pengunjung rata-rata merupakan pelajar dan mahasiswa. Di samping itu, ada juga pengunjung yang datang secara massal dalam rangka melakukan perjalanan wisata.

"Pelajar dan mahasiswa biasanya untuk cari data sejarah, komunikasi, dan iklan atau membandingkan berita daerah dengan pusat," katanya.

Menurut Widodo, museum tersebut memiliki 20 ribu judul bahan pustaka, 16 ribu di antaranya berupa buku dan selebihnya berupa buletin dan koran.

photo
Pegawai bagian konservasi preservasi melakukan proses digitalisasi halaman koran di Monumen Pers Nasional, Solo, Jawa Tengah, Senin (11/2/2019).

Selain itu, ada pula koleksi berupa artefak, di antaranya mesik ketik milik tokoh pers nasional Bakrie Soeriaatmadja dan pakaian yang digunakan oleh wartawan senior Hendro Subroto saat melakukan peliputan masa integrasi Timor Timur ke Indonesia.

"Selain itu, juga ada kamera milik wartawan Harian Bernas Fuad Muhammad Syafruddin atau Udin yang terbunuh secara misterius," kata Widodo.

Widodo mengungkapkan total jumlah koleksi artefak di museum yang didirikan pada tahun 1978 tersebut hingga saat ini sekitar 100 unit. Sementara itu, untuk pemeliharaan gedung maupun koleksi, pihaknya bekerja sama dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah dan Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI.

"Untuk pemeliharaan koleksi memang kami sesuai dengan standar Perpusnas karena koleksi kami kan kebanyakan kertas jadi harus lebih berhati-hati," katanya.

Museum Pers Nasional menempati gedung yang dibangun sekitar tahun 1918 atas perintah Mangkunegaran VII tersebut. Dulunya, bangunan itu bernama "Societeit Sasana Soeka".

Kompleks monumen terdiri atas gedung societeit lama dan digunakan untuk pertemuan pertama Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Selain itu, ada pula beberapa gedung yang ditambahkan sekitar tahun 1970.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement