Rabu 30 Sep 2020 13:53 WIB

India Waspadai Cat Que Virus dari China

Cat Que Virus dapat menyebar melalui gigitan nyamuk.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Reiny Dwinanda
Nyamuk (Ilustrasi). Virus CQV yang dibawa nyamuk dapat menyebabkan demam, meningitis, dan ensefalitis pediatrik pada manusia.
Foto: Independent
Nyamuk (Ilustrasi). Virus CQV yang dibawa nyamuk dapat menyebabkan demam, meningitis, dan ensefalitis pediatrik pada manusia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selagi dunia masih berusaha untuk menangani virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19, para ilmuwan di Indian Council of Medical Research (ICMR) memperingatkan adanya virus baru dari China yang cukup berbahaya. Virus yang disebut Cat Que Virus (CQV) itu disebut "berpotensi" tersebar di India di tengah pandemi Covid-19.

Menurut laporan, melalui gigitan nyamu, CQV dapat menyebabkan demam, meningitis, dan ensefalitis pediatrik pada manusia. Laporan tersebut mengutip tujuh peneliti di Institut Virologi Nasional ICMR di Pune, yang menyatakan China telah melaporkan adanya CQV pada nyamuk dan pada babi di Vietnam.

Baca Juga

Para ahli di India menekankan perlunya memahami kinetika replikasi virus ini, mengingat penyebarannya serupa dengan spesies nyamuk Culex di India. Badan penelitian mengungkapkan, babi adalah inang mamalia utama bagi CQV. 

Sementara itu, antibodi CQV untuk ternak babi di China sudah ditemukan. Ini menunjukkan bahwa CQV telah membentuk siklus alami di daerah setempat.

Para ilmuwan menemukan antibodi untuk virus CQV di dua dari 883 sampel serum manusia yang diuji di seluruh negara bagian. Ini menunjukkan bahwa kedua orang ini terinfeksi virus pada suatu waktu.

Kedua sampel ini diambil dari Karnataka pada tahun 2014 dan 2017. Di lain sisi, temuan yang sama tidak ada pada warga India mana pun pada saat penelitian.

"Antibodi anti-CQV IgG positif pada sampel serum manusia yang diuji dan kemampuan replikasi CQV pada nyamuk menunjukkan kemungkinan penyakit akibat CQV berpotensi tersebar di India. Skrining melibatkan banyak sampel serum manusia dan babi yang menggunakan tes ini sangat diperlukan sebagai langkah proaktif dalam memahami prevalensi virus tropis yang terabaikan ini,” ungkap penelitian yang diterbitkan dalam Indian Journal of Medical Research pada Juni.

“Dalam konteks India, data menunjukkan bahwa nyamuk seperti Aedes aegypti, Cx. quinquefasciatus, dan Cx. Tritaeniorhynchus, sangat rentan terhadap CQV. Dengan demikian, nyamuk menjadi vektor potensial penularan CQV ke inang mamalia,” kata salah seorang ilmuwan.

Para peneliti juga menyatakan bahwa keberadaan nyamuk Culex di China dan babi di Vietnam menunjukkan kerentanan negara-negara Asia terhadap CQV. Sementara itu, data dari Johns Hopkins University menunjukkan, angka kematian global Covid-19 telah melampaui angka satu juta.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement