Clock Magic Wand Quran Compass Menu

Menulis, Sebuah Pengalaman Berdakwah

Ilustrasi
Ilustrasi

Bermula dari sebuah proses pembelajaran, kumantapkan hati untuk berdakwah lewat tulisan. Mendengar kata “berdakwah” sempat menyusup suatu elegy, apakah goresan-goresan ini bisa mewakili isi hati yang sebenarnya dan bisa diterima masyarakat. Apakah ketika selesai dibaca, bisa membuka cakrawala hati para pembaca.

Sponsored
Sponsored Ads

Buku soloku yang  akan di terbitkan oleh penerbit Gramedia Pustaka Utama ini adalah sebuah memoar inspiratif berjudul “OGEST”, mengenai kisah seseorang yang lumpuh permanen selama 22 tahun, yang menderita penyakit langka GBS (Guillain Barre Syndrome). Ini adalah suatu penyakit berbahaya yang menyerang sistem imun. Aku sendiri menjalani observasi langsung, berinteraksi dengan si penderita tiap akhir pekan.

Aku mencoba masuk ke masa 22 tahun silam, di mana ketika kejadian pahit itu berlangsung. Aku menyelami hatinya, pikirannya, perasaan marahnya, kecewanya, perasaan sakitnya, perasaan tak terima ketika saat itu, ketika ia terserang GBS di usia yang sangat belia, yaitu 17 tahun.

Scroll untuk membaca

Tak ayal, pergolakan batin yang begitu hebat pun aku temui. Bagaimana aku mengikuti kesehariannya, untuk mengetik dengan tangan mengepal, karena memang keadaannya sekarang sudah tak sempurna lagi. Bagaimana ketika ada waktu luang sedikit saja, aku gunakan untuk mendalami peran, mencoba berbaring tanpa bergerak, mencoba berbaring miring kiri dan kanan tanpa bisa bergerak, mencoba memegang gelas, dengan jari-jari tangan yang menekuk keras tak bisa di regangkan, dan segala bentuk yang bisa membuat aku masuk ke dalam kehidupannya.

Dari itu, aku dapat mendalami dan menghayati tokoh nyata yang kutulis. Dan salah satu tujuan buku memoar inspiratif ini adalah agar bisa mensosialisasikan GBS di Indonesia. Agar para penderita GBS bisa saling berinteraksi satu sama lain dan bisa terus berjuang dengan segala keterbatasannya.

‘Ouhibouki Areta’

Buku solo lain adalah novel islami berjudul “Ouhibouki Areta”( ‘Aku Cinta Kamu’ dalam bahasa Darija Arabia). Dalam novel ini aku menguak juga beberapa hal yang semestinya diangkat untuk bisa disosialsiasikan kepada masyarakat Indonesia.

Novel ber-setting negeri Al-Maghribiyah Maroko ini mengusung tema pendidikan Islam berdasarkan para pemikir-pemikir Islam berkaliber internasional lulusan universitas-universitas di Maroko.

Mengusung persahabatan antara Indonesia dan Maroko yang sudah terjalin selama setengah abad dengan segala ke-eksotikannya, aku mencoba mengilustrasikan keindahan Masjid Hassan Cassablanca. Ini adalah sebuah masjid yang sebagiannya menjorok ke laut dengan atap geser otomatis yang menembus ke Makkah. Keindahan pasar malam Jemaa El-Fna dengan tarian dan pertunjukan khas, kemewahan istana Putri raja Al-Bahia, keindahan salju yang menggunduk bak awan, di Ouikeimeden kota Marakech, kota indah di Maroko juga turut kusematkan dalam karyaku.

Laiknya sebuah novel, kisah cinta pun aku usung. Kisah cinta ala seorang pujangga Islam asal Cordoba yang kukagumi, menjadi inspirasi untuk menuangkan kisah cinta dalam novel islami ini. Begitu juga kehidupan mahasiswa beasiswa Indonesia di Maroko, bagaimana suka duka mereka, perjuangan merengkuh beasiswa dan lain-lain.

Dalam proses pembuatan novel, aku melakukan netnografi, yaitu  mencari literatur yang berkaitan dan juga beberapa orang yang bisa kompeten membantu menjadi sumber referensi agar aku bisa lebih mendalami novel ini.

Aku berkenalan dengan salah satu warga Maroko asli untuk banyak bertanya sebagai proses observasi. Kami berbicara dalam bahasa Inggris dan sempat mengalami kendala perbedaan waktu yang terpaut jauh, serta bahasa Arab dan Perancis yang terkadang masih sulit ku mengerti.

Masih dalam proses netnografi, aku masuk ke dalam perkumpulan mahasiswa-mahasiswa Indonesia di Maroko. Alhamdulillah, tanpa ku duga mereka antusias dengan novel Ouhibouki ini. Bahkan salah satu dari mereka berinisiatif memberikan sinopsis dan lima soundtrack lagu kepada Bapak Tosari Wijaya, Dubes RI di Maroko.

Kelima soundtrack tersebut adalah ciptaan Ogest, penderita GBS yang kutulis kisahnya dalam sebuah memoar inspiratif. Semula, aku sempat berpikir, apakah iya naskah ini sudah pantas? Tetapi pada akhirnya Pak Dubes menyambut baik dan menyatakan harapannya semoga novel ini bisa menjadi jembatan peradaban islam antara Indonesia dan Maroko.

Inilah langkahku dalam menulis dengan berbekal observasi yang tentunya bertujuan membawa manfaat bagi para pembaca. Jangan menjadikan segala keterbatasan untuk menghalangi langkah. Raga boleh terkubur mati namun karya tetap abadi .

Risma Inoy Ummu Jundi

Penulis novel Ouhibouki Areta. Kontributor sejumlah antologi seperti: Chicken Soup For Writerpreneur’s Soul (2011), Baby Traveler, I Love Angkot (2011), Scary Moment (2011).

Rubrik ini bekerja sama dengan komunitas penulis perempuan

Women Script & Co

[email protected]

@womenscriptco

Berita Terkait

Berita Terkait

Rekomendasi

Republika TV

>

Terpopuler

>