Clock Magic Wand Quran Compass Menu

Hindari Inflasi, Moskow Tunda Sanksi Ekonomi

Red:

MOSKOW – Rusia memutuskan menunda larangan impor buah dan sayuran dari Turki dalam beberapa pekan ke depan. Larangan impor jenis komoditas ini merupakan salah satu kebijakan Rusia melalui dekrit yang dikeluarkan Presiden Vladimir Putin pada Sabtu (28/11).

Sponsored
Sponsored Ads

"Penundaan dilakukan untuk menghindari kelangkaan pasokan secara mendadak yang bisa memicu inflasi,'' kata Wakil Perdana Menteri Rusia Arkady Dvorkovich, seperti dikutip laman berita New York Times, Senin (30/11).

Scroll untuk membaca

Ia menambahkan, penundaan juga bertujuan agar para importir menemukan terlebih dahulu pemasok sayur dan buah-buahan dari negara lain. Dengan demikian, nantinya mereka bisa memenuhi kebutuhan buah dan sayur untuk konsumen.

Tahun ini, Rusia telah membelanjakan 750 juta dolar AS untuk mengimpor buah dan sayuran dari Turki. Berdasarkan data statistik, 90 persen lemon, tomat, aprikot, dan anggur yang membanjiri pasar Rusia berasal dari Turki.

Wakil perdana menteri lainnya, Igor Shuvalov, menuturkan, pada saat ini larangan impor produk industri juga belum diberlakukan. Meski demikian, lanjut dia, daftar larangan impor dari Turki pada masa mendatang bisa saja bertambah.

Pada Senin, sekitar 1.250 truk yang membawa komoditas ekspor dari Turki tak bisa memasuki Rusia. Truk-truk itu tertahan di pos perbatasan kedua negara menunggu keluarnya izin masuk ke dalam wilayah Rusia dari petugas perbatasan.

"Rusia belum memberi izin masuk untuk truk-truk dari Turki, ini sudah berjalan selama empat hari,'' kata Direktur Operasional Turkey's International Shippers Association (UND) Fatih Sener. Menurut dia, truk harus mendapat surat pemeriksaan lebih dulu dari bea cukai.

Jika bea cukai telah memberi lampu hijau, kata dia, truk itu bisa masuk ke Rusia. Truk-truk juga tertahan di Ukraina dan Georgia karena pemeriksaan. Setelah penetapan sanksi oleh Rusia, jelas dia, semuanya bertambah sulit.

Menurut Sener, biaya yang harus dikeluarkan karena tertahan sejak Rabu (25/11) lalu itu cukup tinggi. "Nilainya berkisar 50 ribu hingga 60 ribu dolar AS,'' katanya. Sekitar 100 truk kini berupaya mencari rute alternatif agar komoditas tetap bisa dijual.

Azerbaijan, ujar Sener, telah mengizinkan truk itu masuk dan para pengemudi truk siap masuk ke Asia Tengah melalui rute ini. Namun, biaya yang harus dikeluarkan untuk melewati rute tersebut lebih mahal.

Turki selama ini menjual makanan, produk pertanian, dan tekstil ke Moskow. Sebanyak 50 persen ekspor Turki ke Rusia yang tahun lalu nilainya mencapai 6 miliar dolar AS dilakukan melalui jalur darat. Jika jalur ini diblokir, ekspor Turki akan terhambat.

Sener menambahkan, saat ini terdapat 800 kontainer yang menunggu diperiksa. Kontainer itu ada di Pelabuhan Samsun, Turki, yang berada di kawasan Laut Hitam dan Pelabuhan Novorossiysk, Rusia. n ap/reuters ed: ferry

Berita Terkait

Berita Terkait

Rekomendasi

Republika TV

>

Terpopuler

>