Clock Magic Wand Quran Compass Menu

Racik-Meracik Beragam Teh

Red:

Warna biru yang cerah mem buat bunga telang terlihat sangat cantik. Di balik war na yang indah, ternyata bu nga telang juga terasa nik mat ketika diseduh menja di 'teh' atau minuman herbal yang biasa disebut tisane.

Sponsored
Sponsored Ads

Setidaknya, itu yang dirasakan Wiryawan Purboyo. Belum lama ini, pria yang akrab disapa Pungki tersebut membuat teh dari bunga telang segar yang diseduh bersama campuran madu, sereh dan jeruk nipis. Pungki merasa takjub karena minuman yang ia racik terasa sangat menyegarkan. "Diseduh enak sekali. Bisa diminum panas dan dingin," ujar Pungki.

Selain memiliki rasa yang menyegarkan, Pungki mengatakan bunga telang juga menyim pan manfaat baik bagi kesehatan. Setidaknya, ada dua manfaat dari bunga telang yang diketahui oleh Pungki yaitu memacu kinerja otak serta menjaga kesehatan mata. Bunga telang bukan satu-satunya tanaman yang pernah diracik Pungki menjadi teh yang menyehatkan.

Scroll untuk membaca

Sudah tiga tahun terakhir ini Pungki secara intensif membuat racikan-racikan teh dari daun dan bunga baik dalam keadaan kering atau pun segar. Beberapa daun dan bunga lain yang pernah Pungki coba racik di antaranya ialah daun kelor, bunga melati serta tumbuhan kepel yang dirasa kan Pungki dapat mengurangi bau badan meski berkeringat.

Tak jarang, Pungki pun melakukan racikan teh dari daun dan bunga yang dikirim kan temannya dari Cina atau pun Afrika Selatan seperti bunga daisy dan rosella yang telah dikeringkan. Berawal dari mendaki gunung Hobi meracik teh ini bermula dari kege mar an Pungki mendaki gunung. Ketika mendaki gu nung, Ia senang mengabadikan foto ta naman yang ada di gunung yang ia daki dan jarang ditemui di tempat umum. Dari kebiasaan mendokumentasikan tanaman-tanaman ini, Ia pun mulai mencari-cari informasi seputar tanaman tersebut melalui internet, pendu duk lokal, rekan yang ahli akan tanaman hingga buku.

Setelah mengetahui manfaat dan khasiat serta tingkat keamanan dari tanaman yang ia temukan, Pungki kemudian meracik tanaman itu menjadi teh. Daun dan bunga yang Pung ki dapatkan biasanya ia seduh dalam ke ada an segar atau pun kering untuk mengetahui cita rasanya. Pada dasarnya, meracik teh dari daun dan bunga bisa dalam keadaan kering atau pun se gar.

Hanya saja, daun dan bunga dalam kondisi kering memiliki keunggulan berupa bobot yang lebih ringan dan lebih tahan lama ketika di simpan. Selain itu, rasa langu atau getir yang biasa terdapat pada daun dan bunga cenderung berkurang jika diseduh dalam keadaan kering. Untuk racikan dengan daun atau bunga kering, Pungki hanya memanfaatkan oven atau pun microwave untuk membuat daun atau bunga miliknya kering sebelum diseduh. Untuk proses menyeduh, pria kelahiran Malang ini mengatakan teknik yang digunakan mirip seperti menyeduh daun teh biasa.

Setelah racikan teh jadi, Ia menjadikan dirinya sendiri sebagai percobaan untuk mengetahui rasa dan manfaat racikan tersebut bagi kesehatan. "Tidak semua rasanya enak. Misalnya daun kelor. Rasanya tidak enak, tapi banyak protein dan vitamin yang terkandung di situ," tambah Pungki. Akan tetapi, terkadang Pungki pun meminta istrinya untuk merasakan racikan teh yang ia buat. Salah satunya ialah ketika ia meracik daun sirih-sirihan yang biasa tumbuh di halaman untuk mengetahui khasiatnya bagi asam urat.

Setelah mengonsumsi seduhan daun sirihsirihan sebanyak dua gelas, Ia mengatakan istrinya merasa kondisinya lebih baik. Dalam meracik teh, Pungki mengatakan di Indonesia tidak ada formulasi khusus untuk membuat racikan. Oleh karena itu, Ia se ringkali melakukan uji coba dengan menyeduh daun dan bunga yang ia miliki sendiri.

Biasanya, Pungki akan menyeduh daun atau bunga yang ia miliki menjadi teh tanpa ditambah dengan campuran lainnya saat uji coba. Akan tetapi, tak jarang, Ia juga mengombinasikan daun atau bunga berkhasiat yang ia miliki dengan beberapa bahan lainnya untuk menciptakan rasa teh yang nikmat. Ide-ide meracik teh dari daun dan bunga tidak hanya Pungki dapatkan dari uji coba yang ia kreasikan sendiri.

Pungki juga kerap mendapatkan banyak ide dari Cina dan Afrika Selatan, wilayah di mana racikan teh dari daun dan bunga berkembang dengan baik. Harus ada referensi Pungki menyadari bahwa hobi meracik daun dan bunga menjadi teh menyimpan risiko yang berbahaya jika tidak dilakukan dengan hati-hati. Oleh karena itu, sebelum meracik daun dan bu nga, Ia akan memanfaatkan berbagai ma cam referensi hingga berbicara dengan pen du duk lokal terkait keamanan dan manfaat ta naman yang ia temukan.

"Saya nggak mau coba sebelum ada refe rensi," tambah Pungki. Proses penyimpanan daun dan bunga pun tak kalah penting untuk menjaga keamanan dari racikan teh yang Pungki buat. Cara terbaik untuk meracik teh ialah menggunakan daun atau bunga yang baru dipetik. Akan tetapi, jika memang harus disimpan terlebih dahulu, daun dan bunga perlu disimpan dalam suhu ruangan dan tidak terkena sinar matahari.

Dengan begitu, ancaman jamur dapat dihindari dan daun serta bunga dapat bertahan sekitar dua hingga tiga pekan. Menjalani hobi meracik teh dari daun dan bu nga selama tiga tahun terakhir juga membe rikan banyak pengalaman menarik bagi Pungki. Salah satunya, ketika Ia mengunjungi Suku Badui. Dari penduduk asli Badui, pria yang hobi fotografi ini mendapatkan informasi mengenai daun keras tulang.

Daun keras tulang yang telah dikeringkan ini biasa diminum oleh Suku Badui sebagai penambah energi. Setelah mencari tahu lebih jauh, Pungki mengetahui bahwa daun keras tulang memiliki fungsi untuk melarutkan asam laktat yang biasa dihasilkan otot dan me nyebabkan rasa lelah. "Biasanya diseduh dengan air panas dan diminum setelah bekerja di sawah," jelas Pungki.

Dari seluruh daun dan bunga yang pernah diraciknya, Pungki menilai bunga melati meru pakan bunga yang paling enak untuk diseduh menjadi teh. Sedangkan untuk dedaunan, Ia menilai daun serai memiliki rasa yang paling lezat jika disajikan sebagai minuman. Cita rasa yang dihasilkan daun serai ini, lanjut Pungki, mampu mengurangi rasa getir yang biasanya terdapat pada daun dan bunga. Terkait daun dan bunga yang digunakan, Pungki mengatakan Indonesia memilik banyak potensi dan tak kalah dari Cina atau pun Afrika Selatan yang kaya akan daun dan bunga herbal untuk dijadikan teh.

Salah satunya contoh racikan khas Indonesia yang disukainya ialah wedang uwuh dari Yogyakarta. Yang perlu lebih didorong lagi, lanjut dia, ialah penelitian untuk mengetahui khasiat dari daun dan bunga yang dimiliki Indonesia. Pungki tak menutup kemungkinan jika suatu saat mungkin ia akan merambah dunia bisnis melalui racikan teh daun dan bunganya.

Akan tetapi, sejauh ini Ia lebih senang untuk berbagi informasi racikan daun dan bunga saja kepada teman-temannya. Ia pun mengaku tak memiliki keinginan untuk me matenkan racikan daun dan bunga yang pernah ia buat. "Karena sifatnya hobi. Dan sebenarnya harus ada penelitian lebih lanjut lagi," jelas Pungki.

Lebih dari 30 resep teh Pemilik kebun Bumi Herbal Dago, Santhi Se rad, juga sejak lama gemar untuk meng eksplo rasi dan meracik tanaman obat menjadi minuman. Santhi terinspirasi oleh jamu herbal yang diperkenalkan oleh ibunya ketika ia masih kecil. Dari situ, Santhi meyakini bahwa tanaman dari alam dapat dieksplorasi menjadi makanan, minuman, hingga obat.

"Nenek moyang kita sudah memper ke nalkan makanan dan minuman dari alam," ujar rekan bisnis dari Ilham A Habibie ini. Sejauh ini, Santhi telah membuat lebih dari 30 resep teh herbal dari 25 jenis tanaman herbal. Semua racikan tersebut ia pelajari secara otodidak dengan cara mempelajari setiap bahan satu per satu.

Dari percobaan tersebut, lambat laun ia mulai memahami karakter dari tiap bahan yang akan ia gunakan sehingga ia dapat menciptakan resep yang menggugah selera. Selama melakukan percobaan untuk mera cik tanaman-tanaman herbal menjadi minum an, Santhi pun pernah mengalami kegagalan. Beberapa faktor yang biasanya menyebabkan kegagalan dalam meracik ialah campuran yang kurang tepat, komposisi yang tidak pas serta waktu menyeduh yang tidak sesuai.

"Terkadang rasanya kurang pas, jadi harus di reformula. Atau kadang rasanya hambar, ini bisa terjadi karena proses pengeringan yang tidak tepat," jelas penulis buku Leaf it to Tea ini. Dalam proses penyeduhan, penyuka teh bu nga telang dan teh daun kopi ini mengung kap kan ada dua teknik yang bisa diterapkan. Salah satu teknik menyeduh ialah infusion and straining di mana bagian tanaman yang lembut seperti daun dan bunga diseduh langsung baik dalam keadaan keringa atau pun segar. Sedangkan teknik menyeduh kedua dikenal dengan istilah decoction.

Teknik ini dilakukan dengan cara merebus bagian tanaman yang keras seperti batang, kulit batang atau pun akar, terlebih dahulu dengan air. Setelah direbus selama 10-30 menut, rebusan tanaman baru bisa disajikan dengan disaring terlebih dahulu. Saat ini, Santhi telah berhasil mengembang kan koleksi tanaman obatnya di kebun Bumi Herbal Dago bersama Ilham A Habibie.

Dari koleksi-koleksi miliknya, Santhi terus berupaya mengeksplorasi jenis-jenis tanaman obat apa saja yang dapat diolah menjadi minuman untuk kemudian dikembangkan. "Saya percaya bahwa tanaman diciptakan Allah, dapat memberikan manfaat kepada ma nusia," terang wanita kelahiran Bandung ini.    Oleh Adysha C Ramadani, ed: Nina Chairani

Berita Terkait

Berita Terkait

Rekomendasi

Republika TV

>

Terpopuler

>