Clock Magic Wand Quran Compass Menu

Ekonomi Islam Butuh Penguatan Pengusaha

Red:

Meski sektor keuangan syariah nasional tengah menunjukkan pertumbuhan yang baik dalam dua dekade terakhir ini, ekonomi Islam pun butuh penguatan di sektor lain seperti sektor riil dengan menyiapkan para pengusaha yang berorientasi syariah.

Sponsored
Sponsored Ads

Akademisi dan pengamat ekonomi syariah STEI SEBI, Azis Budi Setiawan, menuturkan, pekerjaan rumah besar untuk lembaga pendidikan ekonomi Islam juga adalah bagaimana menyiapkan SDM yang siap terjun ke berbagai sektor usaha dengan memegang semangat syariah. SDM yang mampu menerjemahkan fikih muamalah klasik dan kontemporer ke aksi usaha nyata.

Scroll untuk membaca

Sebab, pengusaha syariah baik agrobisnis, kreatif, dan lain-lain yang siap menciptakan lapangan kerja penting sebagai faktor mendorong kesejahteraan masyarakat.

Tantangan seperti undang-undang desa memandatkan adanya dana APBN untuk desa. Lulusan ekonomi syariah harus bisa memikirkan cara memberdayakan masyarakat desa untuk mengelola sektor-sektor mikro.

''Memang harus disiapkan bagaimana mereka bisa kembali berkontribusi di desa untuk kembangkan bisnis mikro di desa. Ini jadi aktivitas ekonomi yang penting yang juga bagian dari syariah,'' kata Azis dalam kunjungannya ke kantor Republika, pekan lalu.

Pengusaha pakaian Muslim, Keke Busana, Ika Kartika, mengatakan bahwa peluang usaha yang tercipta saat ini harus bisa dimanfaatkan para pengusaha Muslim, termasuk di bidang mode yang notabene masih muda dan hadir dengan ide segar.

''Kaum Muslim sendiri yang memang harus bergerak. Jangan sampai Versace atau Donna Karan (keduanya ikon mode dunia—Red) yang justru memproduksi busana Muslim, sedangkan Muslim di daerah mereka adalah minoritas,'' kata Ika.

Menurut Ika, para perancang busana muda Muslim harus bersatu memikirkan bagaimana bisa lebih sering tampil di panggung internasional. "Sebab, baju Muslim saat ini pun tidak hanya bisa diaplikasikan untuk Muslim, tapi fashion untuk banyak kalangan," ujarnya.

Indonesia memiliki jumlah Muslim terbesar tetapi masih dipandang sebagai minoritas karena kurang bersatu. "Jika bersinergi, pengusaha Muslim bisa saling menguatkan sehingga lebih memberi pengaruh," kata Ika Kartika.

Pendiri Komunitas Pengusaha Kampus Nur Ali Muchtar mengungkapkan, ada kesalahan persepsi di kalangan kampus dalam memahami ekonomi syariah. Kampus bukan menciptakan SDM yang bisa membuka pasar tapi fokus pada sektor permodalan.

Padahal, yang dilakukan Rasulullah setelah hijrah ke Madinah adalah membuat pasar lalu menguatkan produksi. ''Pasar dulu yang pertama. Kalau produksi dulu, nasibnya akan seperti petani Indonesia,'' kata Ali.

Jumlah anggota komunitas ini sudah mencapai sekitar 2.400 Muslim yang berusia di bawah 30 tahun. Dari jumlah tersebut, 60 persennya adalah mahasiswa. Ini memang sengaja dilakukan Ali sebab visi besar komunitas ini adalah menjadi perintis kebangkitan kewirausahaan pemuda Indonesia.

Mereka tersebar di 17 regional di Jawa, Sumatra, dan Kalimantan dengan bidang minat usaha mayoritas kuliner, perjalanan, dan writepreneur. "Jumlah itu masih sedikit dibanding prediksi empat persen pengusaha dari total populasi jika Indonesia ingin menjadi negara maju," kata Ali.

Ali membandingkan dengan negara regional Asia seperti Malaysia, Jepang, Singapura, dan Cina yang maju karena jumlah pengusahanya rata-rata lebih dari lima persen dari total populasi.

Untuk membantu permodalan anggota, komunitas ini mulai menjalankan koperasi syariah yang anggotanya sudah lebih dari 100 orang dengan aset Rp 20 juta. Mereka juga membuka kanal online sebagai pasar bagi anggota untuk mempromosikan dan menjual produknya.

Sebagai pendampingan dan upaya saling menguatkan, agenda pertemuan rutin bulanan, seminar dan diskusi lewat aplikasi WhatsApp dijadikan sarana berbagi ilmu dan pengalaman. rep: fuji pratiwi ed: irwan kelana

Berita Terkait

Berita Terkait

Rekomendasi

Republika TV

>

Terpopuler

>