Awan mendung sudah menggantung di langit Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Senin (2/11), sejak pukul 14.00 WIB. Mendung tampak merata membuat seluruh permukaan langit tampak putih keabu-abuan. Meski begitu, paparan sinar matahari masih tetap terasa, tidak menyengat.
Cuaca di Tangsel Senin sore kali ini memang cukup nyaman. Tidak terlalu panas seperti biasanya. Pun tidak pula dingin karena terpapar mendung. Di tengah sore yang nyaman itu, Heri Purnomo, 46, tetap merasa gundah. Warga Kelurahan Pamulang Barat, Kecamatan Pamulang, ini sangat ingin hujan segera turun.
Menurut Heri, sudah sekitar 10 hari belakangan sulit mendapat air bersih. "Air di kontrakan saya tidak lagi mengalir. Untuk kebutuhan mandi, mencuci, dan memasak, kami sekeluarga mengambil air dari mushala atau Kantor Kecamatan Pamulang," ujarnya membuka perbincangan dengan Republika.
Untuk kebutuhan memasak dan minum, Heri menampung sekitar tiga galon air sehari. Saat ingin mandi, para anggota keluarga harus menampung air kembali baik dari mushala atau kantor kecamatan.
Sayangnya, kualitas air yang didapat kurang baik. Air keruh dan harus diendapkan terlebih dahulu sekitar satu jam. Ketersediaan air di kedua tempat itu pun tidak banyak. Akibatnya, beberapa hari terakhir keluarga Heri harus menghemat air untuk mandi. Satu ember ukuran sedang digunakan untuk mandi satu orang anggota keluarga. "Untuk mandi, kami punya trik. Dua kali guyuran air, lalu pakai sabun. Sisa air digunakan sampai habis, setelah itu sudah cukup. Tidak ada air tambahan," katanya.
Heri sendiri mengistilahkan dengan "mandi ala kadarnya". Sesudah mandi, keluarganya menggunakan bedak antigatal. Jika tidak, Heri mengakui bahwa kulit badan terasa gatal dan tidak nyaman.
Akibat minimnya air yang didapat, sudah sepekan lebih keluarga Heri tidak bisa mencuci di rumah. Baju-baju kotor terpaksa dicuci menggunakan jasa binatu terdekat.
"Sampai saat ini belum ada bantuan air bersih untuk kami maupun warga di sekitar tempat tinggal kami. Padahal, air itu sudah jadi kebutuhan utama. Kekurangan nasi bagi kami bisa minta, kalau air tidak ada, warga di tempat kami susah karena tidak bisa minta ke keluarga lain," jelas Heri.
Dirinya dan warga lain berharap pihak kecamatan maupun kelurahan mau lebih peka kepada kebutuhan warganya. Sebab, sudah sepekan lebih terjadi kesulitan air, belum sekali pun ada koordinasi baik dari RT maupun lurah setempat.
Warga Pamulang lainnya, Adit Catur, 25, juga menuturkan kurangnya pasokan air bersih di rumahnya sejak dua pekan terakhir. Pria yang tinggal di Perumahan Pamulang Permai 2, Kecamatan Pamulang, ini mengatakan dia dan keluarga tidak menggunakan air dari PDAM. Air yang mereka gunakan sehari-hari bersumber dari air tanah yang diambil menggunakan pompa.
Dia memperkirakan, produksi air berkurang sekitar 40 persen. Untuk menyiasati kekurangan air, dirinya dan warga lain memperdalam kembali sumur pompa. Selain itu, beberapa warga mengganti pompa dengan merek lain yang memiliki daya hisap air lebih tinggi.
Selain dua kawasan di atas, warga yang tinggal di Perumahan Reni Jaya, Pamulang, juga merasakan semakin menipisnya persediaan air bersih yang bersumber dari air tanah. Bahkan, sudah sebulan terakhir produksi air bersih di rumah para warga berkurang drastis.
Tendi, salah seorang warga Perumahan Reni Jaya, mengaku khawatir terhadap semakin menipisnya air tanah di kompleks perumahannya. Ke depannya dia berharap ada suplai dari PDAM atau sumber lain agar warga Tangsel tidak merasakan sulitnya memperoleh air bersih saat kemarau panjang.
"Dalam kondisi pemakaian normal, jika dipakai terus air tanah akan susut juga. Saat kemarau, kebutuhan air meningkat, air pun lama-lama habis. Kalau ada PDAM setidaknya ada pasokan air yang cukup stabil bagi kami," ucapnya.
Warga Kelurahan Kedaung, Kecamatan Pamulang, Kota Tangsel, memilih bersiasat untuk mencari alternatif air bersih. Warga di masing-masing rumah membuat satu sumur pompa baru sedalam 20 meter untuk mendapat sumber air alternatif.
Salah satu warga, Suyono, mengatakan, pembuatan sumur pompa menjamur semenjak musim kemarau kian parah sekitar dua bulan lalu. Hingga saat ini, terhitung sudah lebih dari 20 rumah warga yang membuat sumur pompa baru.
"Sumur pompa baru digunakan sekitar sebulan lebih. Produksi air lancar, kualitas pun baik dan jernih. Rata-rata satu rumah membuat satu sumur baru," ungkapnya ketika dijumpai Republika, di Pamulang, Senin petang.
Meski sudah ada sumber air alternatif, dirinya tetap berharap hujan secara rutin segera turun di Tangsel. Sebab, menurut dia, belum semua warga Tangsel mampu atau punya lahan untuk membuat sumur pompa.
***
Suplai Air dari Pemkot
Selain di Kedaung, warga di Serpong juga ramai-ramai membuat sumur pompa. Wakil Wali Kota Tangsel Benyamin Davnie mengatakan, beberapa sumur pompa sedalam 50 meter-100 meter dibuat oleh warga perumahan Pesona, Serpong.
Menurut dia, mencari sumber air alternatif dengan membuat sumur pompa tidak dilarang. Sebab, hal tersebut memang murni inisiatif warga. "Inisiatif warga sendiri, jadi tidak masalah," katanya.
Benyamin melanjutkan, pihak Pemkot Tangsel melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat tetap terus memberi suplai air bersih untuk warga. Warga diminta segera melapor lewat lurah atau camat setempat jika memang membutuhkan air bersih.
Pasokan air bersih lewat BPBD, lanjut dia, merupakan antisipasi jangka pendek untuk kesulitan air. Pihaknya mengakui bahwa hingga kini belum ada perusahaan milik daerah yang khusus menyediakan layanan air bersih bagi masyarakat Tangsel.
Ke depannya, pemkot berencana memberi layanan air bersih lewat perusahaan daerah PT Pembangunan Investasi Tangerang Selatan (PITS). "Lewat perusahaan itu kami harapkan akan ada pengelolaan air bersih untuk menyuplai kebutuhan masyarakat Tangsel. Apakah nanti akan bekerja sama dengan PDAM lain atau berdiri sendiri, kami serahkan kepada perusahaan," papar Benyamin ketika dihubungi. n c36 ed: erdy nasrul