Clock Magic Wand Quran Compass Menu

Anies Sebut Prabowo-Hatta Diusung Para Mafia

Rep: Andi M Ikhbal
 Peserta konvensi capres Partai Demokrat Anies Baswedan saat bersilahturahim dengan awak redaksi di kantor Republika, Jakarta, Rabu (4/12).
Republika/Prayogi Peserta konvensi capres Partai Demokrat Anies Baswedan saat bersilahturahim dengan awak redaksi di kantor Republika, Jakarta, Rabu (4/12).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Juru bicara pasangan calon Jokowi-JK, Anies Baswedan mendorong publik untuk memilih kandidat yang dinilai dapat membawa perubahan. Mereka harus selektif melihat tawaran konkret capres-cawapres serta komitmennya kepada masyarakat.

Sponsored
Sponsored Ads

Menurut dia, kubu kompetitor, Prabowo-Hatta diusung oleh sejumlah partai politik (parpol) yang dilakoni para mafia, seperti dugaan kasus korupsi migas, haji, impor daging, Alquran, dan lumpur Lapindo. Kalau ingin selesaikan masalah itu, maka Jokowi-JK menjadi alternatifnya.

"Sebab kami jelas akan menuntaskan persoalan tersebut, masyarakat harus bisa membedakannya," kata Anies dalam konfrensi pers penyampaian program Jokowi-JK, di Hotel Holiday Inn, Bandung, Kamis (3/7).

Scroll untuk membaca

Dalam acara tersebut, Jokowi menyampaikan 9 program pokoknya bila nanti mendapat amanah rakyat menjadi pasangan calon terpilih. Ia juga menandatangani piagam komitmen yang akan menjadi kontrak politiknya dengan warga Indonesia selama 5 tahun ke depan.

Anies menambahkan, tudingan isu yang beredar selama masa kampanye hanya sebuah fitnah. Anggapan yang muncul, Jokowi merupakan boneka elite parpol juga tak terbukti. Kabar yang menyatakan, ia hanya boneka Prabowo, sekarang justru sama-sama berkompetisi di pilpres.

"Dulu waktu di pilgub, saya ingat, Jokowi pernah diberitakan sebagai boneka Prabowo. Sekarang tak terbukti kan, malah Jokowi yang akan menang dan duduk sebagai Presiden," ujar rektor Universitas Paramadina itu.

Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Haryono Isman yangmendukung Jokowi-JK, menyatakan, tim pemenangan pasangan calon ini harus terus melawan tudingan miring yang masuk selama kampanye.

Sebab, kondisi itu mempengaruhi perolehan suara, khususnya mereka yang belum menentukan pilihannya. Sekarang ini, kata dia, adalah eranya demokrasi sehingga tak perlu lagi pakai cara-cara aneh semacam itu untuk menang.

"Kalau tidak diantisipasi, kampanye hitam ini sangat besar pengaruhnya. Janglah bodoh-bodohi masyarakat dengan isu kotor seperti itu," kata mantan menteri pemuda dan olahraga itu.

Berita Terkait

Berita Terkait

Rekomendasi

Republika TV

>

Terpopuler

>