Clock Magic Wand Quran Compass Menu

Menristekdikti Targetkan 16 Ribu Publikasi Internasional

Rep: BINTI SHOLIKAH
Menristekdikti, Mohamad Nasir.
Republika/Raisan Al Farisi Menristekdikti, Mohamad Nasir.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Mohamad Nasir menargetkan 16 ribu publikasi internasional yang terindeks scoopus oleh perguruan tinggi di Indonesia pada 2017. Publikasi internasional perguruan tinggi yang terindeks scoopus tercatat mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Sponsored
Sponsored Ads

Nasir menyebutkan, pada 2015, perguruan tinggi di Indonesia hanya mampu menerbitkan 4.200 publikasi internasional. Padahal, jumlah perguruan tinggi baik negeri maupun swasta mencapai 4.485 perguruan tinggi. Sementara Malaysia memiliki 28 ribu publikasi internasional pada tahun yang sama. Singapura memiliki 18 ribu dan Thailand 9.500 publikasi internasional.

"Ternyata yang muncul banyak para peneliti stres mempertanggungjawabkan keuangannya jauh lebih berat daripada meneliti. Padahal, keuangan hanya sebagai pendukung penelitian," kata Nasir di Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jawa Timur, Surabaya, Kamis (6/7).

Scroll untuk membaca

Kemudian pada 2016, publikasi internasional perguruan tinggi di Indonesia meningkat menjadi 5.250 publikasi. Namun, hal itu masih belum berbanding lurus dengan jumlah dosen mencapai 278 ribu orang dan 4.300 profesor.

Akhirnya, Nasir mengaku menekan perguruan tinggi agar meningkatkan publikasi internaisonal. Per 31 Desember 2016, berdasarkan laporan dari Scoopus jumlah publikasi internasional Indonesia mencapai 11.784 buah. Jumlah tersebut meningkat hampir tiga kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.

"Dari 1 Januari sampai 30 Juni, saya cek Indonesia publikasi internasionalnya sudah 8.044. Kalau konsisten di akhir tahun 2017 bisa mencapai 16 ribu. Tahun 2018 target saya bisa mengalahkan Singapura dan Malaysia," kata Nasir.

Untuk mencapai target tersebut, Nasir menggeser anggaran operasional diarahkan untuk riset dan mahasiswa. Itu merangsang peningkatan penelitian dan mahasiswa yang kurang mampu tetap bisa kuliah.

Di samping itu, ia juga mendorong peningkatan akreditasi perguruan tinggi. Pada Februari 2015, hanya 19 perguruan tinggi yang menyandang akreditasi A. Jika dibandingkan dengan Cina penduduknya 1,4 miliar dan hanya memiliki 2.826 perguruan tinggi. Namun, Cina mempunyai puluhan perguruan tinggi yang masuk 500 besar dunia. Sedangkan di Indonesia hanya tiga perguruan tinggi yang masuk ranking 500 besar dunia.

Saat ini, jumlah perguruan tinggi di Indonesia yang terakreditasi A meningkat menjadi 26 perguruan tinggi. "Oleh karena itu, saya minta Dirjen Kelembagaan untuk membina yang baik perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta. Akhir 2017 nanti perguruan tinggi yang terakreditasi A ada 50 perguruan tinggi. Yang swasta ada 14 perguruan tinggi. Ini harus kita dorong. Kalau perguruan tinggi sudah berkualitas dapat meningkatkan riset dan inovasi," katanya.

Berita Terkait

Berita Terkait

Rekomendasi

Republika TV

>

Terpopuler

>