Syekh Muhammad Mutawalli Asy-Sya’rawi Mujadid Abad ke-20
Fatwanya menjadi rujukan dunia Islam.
Gelar Mujadid Abad ke- 20 tampaknya tidak terlalu berlebihan jika disandangkan untuk sosok Syekh Sya'rawi. Tokoh yang memiliki nama lengkap Syekh Muhammad Mutawalli Asy-Sya'rawi ini adalah satu dari sekian ulama dunia yang cukup berpengaruh pada abad ke-20, baik dalam bidang keagamaan, sosial, maupun politik internasional, khususnya wilayah Timur Tengah.
Karier tokoh kelahiran 16 April 1911 M di dunia Islam ini bermula dari pendidikan. Ia dipercaya menjadi dosen ilmu syariah di Universitas Ummu al- Quro pada 1950 M. Posisinya sebagai pengajar di universitas kenamaan Islam ini mengangkat posisinya dengan kelebihan keilmuan dan kecerdikannya dalam pergerakan politik membuat Syekh Sya'rawi cukup terkenal di Mesir dan pemerintah saat itu yang dipimpin Jamal Abdul Nasser.
Ketenarannya ini berkat dukungannya yang kuat terhadap kebijakan Mesir pada saat itu yang menentang penuh dominasi Israel di kawasan Timur Tengah dan Palestina.
Berkat dukungannya terhadap Pemerintah Mesir pada November 1976, ia pun sempat diangkat menjadi menteri wakaf dan urusan Al-Azhar pada pemerintahan Anwar Sadat, yang dikenal meneruskan garis perjuangan Abdul Nasser.
Jabatan sebagai menteri hanya ia pegang selama tidak kurang dua tahun hingga Oktober 1978. Namun, selama kariernya sebagai menteri wakaf, ia telah menginisiasi lahirnya Bank Islam pertama di Mesir. Pada 1987, ia terpilih sebagai anggota dari Arabic Language Complex, sebuah akademi para ahli yang fokus mengembangkan bahasa Arab di Mesir.
Pada saat yang berbeda, ia pun banyak menghabiskan waktu mengajarkan Islam dan ilmu tafsir dengan berbagai program di televisi dan radio.
Kesempatan ini bahkan diberikan siaran seluas-luasnya pada era Presiden Hosni Mubarak sehingga membuat Syekh Sya'rawi semakin populer sebagai ulama tafsir terkemuka di Mesir.
Berbagai fatwanya pun menjadi rujukan umat Islam Mesir pada saat itu, di antaranya, ia mengharamkan jual beli organ untuk transplantasi.
Pengaruh Syekh Sya'rawi dalam setiap pidatonya memainkan peran penting dalam menggerakkan masyarakat Mesir menentang berbagai gerakan liberal dan sekuler di Negara Piramida ini. Bahkan, pidato-pidatonya menjadi acuan bagi pergerakan di beberapa wilayah Timur Tengah pada saat itu.
Hafal Alquran
Kepiawaian ulama asal Desa Daqadus, Distrik Mith Ghamr, Provinsi Daqahlia, Republik Arab Mesir, ini tak terlepas dari pendidikan keagamaan yang sangat kuat sejak dini. Ia dikenal cerdas sejak kecil. Ia berhasil menghafal Alquran pada usia 11 tahun hingga ia lulus pendidikan dasar di madrasah yang berlokasi di Zagaziq pada 1923 M, lalu melanjutkan pendidikan di sekolah yang sama.
Di madrasah inilah kemampuannya dalam menimba ilmu mulai terlihat.Minat serta kemampuannya dalam bidang sastra dan syair-syair Arab berkembang sangat baik. Kemampuannya ini mendapatkan tempat tersendiri di antara para sahabat karibnya sehingga Sya'rawi cukup populer di antara rekan-rekannya. Ia diberi amanat sebagai ketua persatuan siswa sastra di sekolahnya. Pada usia remaja menginjak masa pendidikan tinggi, sang ayah mengharapkan dirinya berkuliah di Universitas Al-Azhar di Kairo.
Harapan besar sang ayah ini mengalahkan keinginannya untuk tetap bersama keluarga di kampung halaman.Ia pun meminta syarat kepada orang tuanya untuk memberikan sejumlah kitab dan literatur sastra, sanis, Alquran, tafsir, dan keagamaan lainnya.
Permintaannya ini untuk memenuhi rasa haus keilmuannya sekaligus agenda tersembunyi untuk mengendurkan niat sang ayah menyekolahkannya di Universitas Al-Azhar.Ternyata, akal-akalan Sya'rawi tidak mengendurkan niat ayahnya.
Bahkan, semua permintaan Sya'rawi dipenuhi. Jawaban ayahnya ini sekaligus tantangan bagi dirinya untuk terus menimba ilmu seluas-luasnya di Universitas Al-Azhar Kairo. Akhirnya, pada 1937, ia resmi terdaftar sebagai mahasiswa perguruan Islam tertua di dunia tersebut. Ia memilih belajar di fakultas bahasa arab.
Dunia kampus, semakin mengasah naluri keulamaannya. Selain aktif belajar, ia juga aktif dalam dunia pergerak an. Ini terlihat pada 1919 M ketika pecah revolusi di Al-Azhar menentang penjajahan Inggris di Mesir.
Syekh Sya'rawi bersama rekan- rekannya berdemons trasi dan berorasi menolak penjajahan Inggris atas Mesir.Pada 1934 M, ia pun sempat men jadi ketua persatuan mahasiswa dan membuatnya menjadi target penang kapan kolonial Inggris berkali-kali. Ia lulus dari Al-Azhar pada 1940.
Idola umat
Pengaruh Syekh Sya'rawi ini sangat terlihat saat ia akhirnya wafat pada 17 Juni 1998 di Giza, Mesir. Lebih dari satu juta orang dalam keadaan duka mengantarkan jenazahnya dan memadati jalan-jalan di Kota Kairo.
Ia meninggalkan Istri dan tiga orang putra serta dua orang putri dan juga puluhan karya tulis ilmiah di berbagai bidang ilmu. Salah satu yang paling populer berjudul Tafsir asy-Sya'rawi.
Berbagai penghargaan ia terima semasa pengabdian nya. Di antaranya, doktor honoris causa pada bidang sas tra dari Universitas Manshurah dan Universitas Al-Azhar Daqahlia.
Kemudian, anggota komite tetap untuk konferensi keajaiban ilmu dalam Alquran dan sunah nabawi.Kiprah dan karyanya ini terus dikenang oleh umat Islam dunia hingga kini. Hingga ia pun mendapat gelar Imam ad-Duat, Punggawa Para Dai.
Meski dikenal sebagai ulama yang piawai multidisiplin ilmu, ia dikenal kepakarannya dalam menafsirkan Alquran. Metode penafsirannya sangat familier di kalangan masyarakat secara luas, dari kalangan cendekiawan, birokrat, hingga rakyat jelata. rep:amri amrullah ed: nashih nashrullah