Kamis 10 Nov 2016 13:41 WIB

Pancasila Jalan Lurus Menurut Bung Hatta

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Agus Yulianto
Bung Hatta
Bung Hatta

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Acapkali, agama dan negara, diposisikan berhadap-hadapan dalam menghadapi isu-isu sensitif. Bahkan, beberapa pandangan menilai negara yang demokratis adalah negara yang membatasi simbol-simbol agama agar tetap di ruang privat.

Indonesia menjadikan Pancasila sebagai dasarnya, bukan liberalisme ataupun komunisme. Bagi Bung Hatta, keberadaan sila pertama dari Pancasila, 'Ketuhanan Yang Maha Esa', merupakan hal yang mutlak.

Sebab, bangsa Indonesia selalu dalam kondisi memerlukan bimbingan dari Tuhan Yang Maka Kuasa. “Ini terasa benar pada saat yang bersejarah itu oleh pemimpin-pemimpin rakyat yang sedang meletakkan dasar bagi Indonesia Merdeka,” tulis Mohammad Hatta, seperti dikutip dari artikelnya yang berjudul “Pancasila Jalan Lurus” (Penerbit Angkasa, Bandung, 1966).

Untuk menegaskannya, Pembukaan UUD 1945 pun dibuka dengan rasa syukur kepada Allah: “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Esa dan dengan didorong oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.”

Dengan demikian, para pahlawan dan founding fathers bangsa meyakini bahwa ridho Allah SWT merupakan faktor penentu lahirnya Republik Indonesia. Persoalannya kemudian adalah bagaimana para pemimpin RI di periode manapun agar mampu memahami pentingnya dasar tersebut.

Menurut Bung Hatta, politik negara mendapatkan dasar moral yang kuat dari sila pertama Pancasila. Tanpa itu, jalan bernegara akan menyimpang. “Dasar Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi dasar yang memimpin cita-cita kenegaraan kita untuk menyelenggarakan segala yang baik bagi rakyat dan masyarakat,” tulis salah satu Proklamator ini.

Hatta memandang, sila pertama Pancasila bukan hanya soal hormat-menghormati agama masing-masing, melainkan juga dasar bagi tindakan keadilan, kebaikan, dan kejujuran.

“Semua sifat-sifat itu, yang wajib diamalkan karena mengakui berpegang kepada dasar Ketuhanan Yang Maha Esa—menerima bimbingan dari Zat yang sesempurna-sempurnanya—membentuk karakter yang kuat, melahirkan manusia yang mempunyai integritas, yang jujur dan yang mempunyai rasa tanggung jawab.”

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement