Jumat 05 Oct 2018 18:41 WIB

Miris, Anak-Anak Korban Gempa 'Mengemis' di Pesisir Donggala

Anak-anak korban gempa ini meminta sumbangan uang dan makanan dari para pelintas

Tim medis membawa anak korban gempa dan tsunami Palu-Donggala setiba di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo, Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (2/10).
Foto: Antara/Sahrul Manda Tikupadang
Tim medis membawa anak korban gempa dan tsunami Palu-Donggala setiba di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo, Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (2/10).

REPUBLIKA.CO.ID, DONGGALA -- Sejumlah anak korban gempa bumi dan tsunami di Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah terlihat berdiri di tepian dan tengah jalan utama menuju Palu. Dengan membawa kardus, anak-anak tersebut meminta sumbangan uang dan makanan dari para pelintas.

Anak-anak berusia sekitar lima sampai 12 tahun sudah terlihat berdiri secara bergantian berdiri di tengah jalan utama Donggala-Palu sejak pukul 07.00 hingga 12.00 Wita. Tak jauh dari mereka, tampak beberapa orang dewasa yang mengawasi, sembari ikut memantau dan meminta sumbangan dari para pelintas.

Keberadaan anak-anak tersebut mulai terlihat mulai dari jalan di sepanjang pesisir Kecamatan Bawana hingga Pantai Watusampu di Kabupaten Donggala. Di sekitar tempat anak-anak berdiri, bangunan di sepanjang pesisir jalan utama Donggala menuju Palu tampak hancur dan rusak berat akibat diterjang gempa bumi serta gelombang tsunami pada Jumat (28/9) petang.

Dari pantauan Antara saat melintas di lokasi, anak-anak itu menyahut, "sumbangan, untuk makan!". Di samping makanan, sepekan setelah gempa bumi dan gelombang tsunami menerjang Kabupaten Donggala, kebutuhan mendesak yang dibutuhkan warga di posko pengungsi meliputi air bersih dan obat-obatan.

Sebagaimana disampaikan komandan posko kompi dari Kostrad TNI AD, Kapten Arm Suseta Setya Dika, saat ditemui di Kabupaten Donggala, kebutuhan sandang memang menjadi salah satu kebutuhan primer pengungsi, akan tetapi hal itu sifatnya tidak mendesak.

"Untuk pakaian, warga di pengungsian bisa kembali ke rumah mengganti dengan yang baru ataupun jalan ke sungai, mencuci lagi. Beda dengan makanan, mereka punya uang (untuk membeli pangan, red.), tetapi tidak tahu menyalurkannya bagaimana, karena toko-toko tutup," kata Dika saat ditemui di Posko Pemulihan Bencana Kostrad TNI AD di Kompleks Kantor Bupati Donggala, Jumat (5/10).

Pihaknya berupaya membantu mengaktifkan kembali pertokoan di Kabupaten Donggala agar perekonomian warga berangsur pulih. "Ada banyak toko di Donggala, tetapi kami telah meminta 20 warung untuk mulai buka. Kami (pihak TNI, red.) membantu pengawalan, menempatkan satu hingga dua petugas bersenjata lengkap di tiap toko yang buka," kata dia.

Ia mengatakan sejumlah fasilitas perbankan juga telah buka, di antaranya Bank Mandiri, BRI, dan BNI. Operasional toko, menurut Dika, mulai buka sejak pukul 08.00 Wita dan tutup menjelang maghrib, sekitar pukul 17.00 Wita.

Penanganan dan pemulihan pascagempa bumi dan gelombang tsunami di Kabupaten Donggala, Kota Palu, Kabupaten Sigi, dan Kabupaten Parigi Moutong telah memasuki pekan pertama, sejak bencana itu terjadi pada Jumat (28/9).

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement