Sabtu 14 Dec 2019 15:19 WIB

Uighur Ditindas, Oezil: Mana Suara Negara-Negara Muslim?

Kicauan Mesut Oezil soal Muslim Uighur di Twitter menuai kecaman warganet China.

Mesut Oezil
Foto: EPA/PAUL MILLER
Mesut Oezil

REPUBLIKA.CO.ID, Selain menjadi pesepak bola kelas dunia, winger Arsenal, Mesut Oezil dikenal juga dengan sikap dan kepeduliannya terhadap isu-isu kemanusiaan khususnya terkait persaudaraan sesama Muslim. Pada Jumat (13/12), Oezil mengunggah pernyataan sikap dan doanya untuk Muslim Uighur yang dinilainya tertindas di Xinjiang, China.

Oezil menyebut etnis minoritas Muslim di Xinjiang sebagai saudaranya. "Umat yang terluka berdarah, komunitas pejuang yang menolak penindasan, dan orang-orang beriman yang berjuang sendiri melawan mereka yang memaksa keluar dari Islam." Begitu Oezil berempati terhadap Muslim Uighur.

Baca Juga

Pada saat negara dan media Barat menjadikan isu penindasan Muslim di Uighur sebagai bahasan utama, Oezil mengaku kecewa dengan negara dan bangsa Muslim yang ada di dunia ini. Oezil mempertanyakan sikap diam elite dan media di negara Muslim terhadap apa yang terjadi di Turkistan Timur, sebutan Oezil untuk Xinjiang.

Akhirnya, Oezil pun hanya bisa berdoa kepada Allah SWT. Ia meminta pertolongan dari Allah atas apa yang dialami saudara-saudari Muslim di Turkistan Timur.

Berikut pernyataan sikap dan Oezil, seperti dikutip dari akun @MesutOzil1088

Oh Turkistan Timur!

Umat yang terluka berdarah. Komunitas pejuang yang menolak penindasan. Orang-orang beriman yang berjuang sendiri melawan mereka yang memaksa keluar dari Islam. Al Quran dibakar, masjid-masjid ditutup, sekolah madrasah dilarang, para sarjana Muslim dibunuh satu per satu.

Saudara-saudaraku dipaksa masuk ke dalam kamp. Pria China dimasukkan ke dalam keluarga (Uighur). Saudari-saudariku dipaksa menikah dengan pria-pria China.

Namun, umat Muhammad hanya diam, tidak menyatakan keberatan apa pun. Umat muslim lain tidak mendukung. Tidakkah mereka tahu bahwa membiarkan penindasan adalah bentuk dari penindasan itu sendiri? Betapa indahnya kalimat Hadrah Ali: "Jika kamu tidak bisa mencegah penindasan, maka publikasikanlah penindasan itu!"

Saat peristiwa ini (penindasan ethis Uighur) menjadi agenda bahkan di media Barat selama beberapa pekan dan bulan, di mana suara negara-negara Muslim dan media mereka?

Tidakkah mereka tahu bahwa bersikap netral saat penindasan terjadi adalah penghinaan? Tidakkah mereka tahu bahwa saudara-saudari kita (Uighur) akan mengingat kesedihan ini beberapa tahun kemudian sebagai bukan dari akibat tirani, tetapi akibat sikap diam kita, saudara Muslim mereka?

Ya Allah, tolonglah saudara-saudariku di Turkistan Timur.

Tak diragukan, Allah adalah sebaik-baiknya perencana.

-Mesut Oezil

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement