Selasa 14 Jan 2020 00:29 WIB

Petani Jagung Minta Pemerintah Perbaiki Manajemen Cadangan

Petani meminta agar pemerintah tidak membuka opsi impor dan benahi manajeman stok.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Gita Amanda
Petani jagung meminta pemerintah membenahi manajemen stok. Ilustrasi panen jagung
Petani jagung meminta pemerintah membenahi manajemen stok. Ilustrasi panen jagung

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Petani Jagung Indonesia (APJI) menyatakan adanya kekurangan pasokan jagung di bulan Januari dan Februari tahun ini. Hal itu disebabkan mayoritas sentra produksi jagung masih dalam masa tanam. Petani meminta agar pemerintah tidak membuka opsi impor dan membenahi manajemen stok.

"Kita akui atau tidak akui, hari ini sedikit terjadi kekurangan stok karena tidak ada musim panen di manapun, yang ada adalah musim tanam," kata Ketua Umum APJI, Sholahuddin saat dihubungi Republika.co.id, Senin (13/1).

Baca Juga

Sholahuddin menyatakan, harga jagung di tingkat petani saat ini berkisar antara Rp 4.200-Rp 4.500 per kilogram (kg). Harga tersebut di atas harga normal jagung di tingkat petani ketika musim panen yang berkisar Rp 3.600 per kg hingga Rp 4.000 per kg.

Menurutnya, kalaupun ada panen di bulan ini, volumenya sangat kecil dan tidak akan mampu mengimbangi permintaan jagung bulanan sekitar 1,4-1,6 juta ton. APJI juga menolak jika pemerintah membuka keran impor jagung karena akan menganggu harga jagung saat musim panen di bulan Maret mendatang.

"Akan menjadi preseden buruk kalaupun ada pengajuan impor karena itu butuh waktu satu sampai dua bulan. Sedangkan kita akan panen sekitar satu setengah bulan lagi," katanya.

Sholahuddin mengatakan, potensi produksi panen raya pertama di tahun ini diperkirakan akan mengalami penurunan dari tahun lalu. Sebab, para petani yang tergabung dalam APJI banyak yang mengeluhkan serang hama yang diakibatkan oleh curah hujan tinggi beberapa waktu lalu. Meski begitu, ia belum bisa menjelaskan secara rinci estimasi produksi maupun angka penurunan.

Adapun, untuk rata-rata produktivitas jagung secara nasional sekitar 6 ton per hektare. Produktivitas jagung paling tinggi mencapai di atas 8 ton per hektare khusus di wilayah sentra-sentra utama produksi jagung. 

Berkaca dari persoalan kelangkaan dan tingginya harga jagung di awal tahun, Sholahuddin meminta pemerintah untuk menyiapkan impor jagung di waktu yang tepat. Seharusnya, importasi diputuskan setiap bulan Agustus dan masuk ke Indonesia maksimal bulan Desember.

"Saya bukan anti impor. APJI pada posisi memberikan keleluasaan kepada pemerintah untuk menghitung stok. Masalah ini selalu terjadi dalam lima tahun terakhir," kata dia.

Sementara itu, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian, Suwandi, enggan berkomentar banyak. Ia hanya mengatakan bahwa pada Februari mendatang dipastikan terdapat panen dan membantu pemenuhan kebutuhan jagung khususnya untuk pakan ternak.

Mengutip data Kementan, potensi produksi jagung nasional di bulan Februari mencapai 3,6 juya ton, atau jauh di atas rata-rata kebutuhan sebanyak 1,6 juta ton. Adapun, pada bulan Maret diproyeksi produksi jagung sebesar 3,37 juta ton dengan kebutuhan jagung sekitar 1,5 juta ton. "Aman. Februari panen," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement