Jumat 10 Apr 2020 02:57 WIB

Pelaksana Masih Berharap Bisa Gelar Tour de France

Balap sepeda Tour de France dijadwalkan berlangsung pada 27 Juni 2020.

Lomba balap sepeda Tour de France (ilustrasi).
Foto: AP/Christophe Ena
Lomba balap sepeda Tour de France (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ajang balap sepeda termasyhur Tour de France berpacu dengan waktu di tengah pandemi virus corona. Di saat pesta olah raga terbesar Olimpiade serta turnamen lainnya ditunda dan atau dibatalkan, penyelenggara Tour masih berharap bisa menggelar balapan sesuai jadwal pada 27 Juni nanti.

Direktur Tour, Christian Prudhomme, seperti dilansir AFP, Kamis (9/4), mengatakan, sebelum balapan dimulai ia ingin adanya dua bulan eksposur terhadap para pembalap sepeda. Kendati demikian, tipis kemungkinannya melatih para pembalap, berkompetisi dan kembali ke trek pada akhir April nanti.

Pekan lalu, Prudhomme mengumumkan penundaan Dauphine, balap sepeda sepanjang delapan hari yang menjadi salah satu pemanasan sebelum Tour de France, pada 31 Mei nanti. Jika Tour digelar sesuai jadwal, balap sepeda itu akan mengharuskan Prancis mengakhiri status lockdown yang diberlakukan di negara itu, karena ajang itu tak hanya diramaikan oleh para pembalap profesional dari seluruh dunia tapi juga menarik 10-12 juta penonton yang memadati jalanan.

Situasi di Eropa kini sepertinya tak memungkinkan untuk menggelar balapan itu. "Kata yang paling penting di Tour de France adalah France (Prancis), dan perhatian terhadap kesehatan harus diutamakan," kata Prudhomme.

Namun Prudhomme pelit bicara di depan publik soal rencana alternatif. Ia hanya mengatakan, hingga hari ini, tanggal dari Tour de France tak berubah. Pihak penyelenggara telah mengisyaratkan para tim juga politisi Prancis serta stasiun penyiaran tentang penundaan ke Agustus.

Menteri Olah Raga Roxana Maracineanu menyebut larangan penonton, tapi wacana itu tampaknya sudah dimentahkan. Tour de France dipenuhi oleh para fan dan akan sulit untuk melarang orang keluar rumah ketika rombongan pembalap melewati lingkungan mereka.

"Tanpa fan, bukan Tour de France namanya," kata pembalap asal Wales, Geraint Thomas, juara Tour 2018.

Banyak politisi dari wilayah yang dilewati rute Tour menggaungkan suara yang sama, Tour adalah suatu pesta dan ajang simbolis.

Sedangkan Raphael Geminiani, yang membalap di Tour pada 1947, mengatakan jika ajang itu jadi digelar maka dia akan menghidupkan kembali Prancis.

"Periode isolasi ini akan menyakitkan moral kita untuk sementara waktu. Kita butuh obat dan Tour de France akan membantu kita merasa stabil," kata mantan pembalap berusia 94 tahun itu kepada harian L'Equipe.

Sementara sedikitnya 250 balap sepeda di seluruh dunia telah dibatalkan, lantas kenapa tidak dengan Tour de France?

Bagi mereka yang terjun di ajang balap sepeda profesional itu, Tour memiliki dampak yang signifikan. Karena seperti yang diungkapkan bos tim AG2R, Tour de France mewakili 60 persen pendapatan mereka dalam satu musim.

Kepala tim Deceuninck, Patrick Lefevere mengungkapkan bahwa mereka dihadapkan dengan pengurangan investasi dari sponsor utama tim.

Sedangkan jika Tour tidak dijalankan, itu akan menjadi pukulan berat jika panitia penyelenggara ASO kemungkinan bisa menyerap dana sponsor, tapi tidak bagi tim.

"Ini bisa meruntuhkan keseluruhan model di mana olah raga ini dibangun," kata Deceuninck.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement