Senin 11 May 2020 18:32 WIB

Giggs Sebut Sir Alex Ferguson Masternya Psikologi

Ferguson dikenal sebagai pelatih paling sukses dalam sejarah MU.

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Endro Yuwanto
Mantan pelatih Manchester United, Sir Alex Ferguson
Foto: REUTERS/Russell Cheyne
Mantan pelatih Manchester United, Sir Alex Ferguson

REPUBLIKA.CO.ID, MANCHESTER -- Legenda Manchester United (MU), Ryan Giggs, mengungkap gaya manajemen Sir Alex Ferguson, khususnya soal perawatan 'pengering rambut' yang sangat terkenal. Giggs menuturkan, ada empat pemain MU yang tak mau menerima perawatan tersebut.

Ferguson memang dikenal sebagai pelatih paling sukses dalam sejarah klub, setelah menghabiskan 27 tahun di Old Trafford sebelum pensiun pada 2013.

Sementara Giggs menghabiskan sepanjang kariernya sebagai pesepak bola di bawah asuhan Ferguson. Ia paham betul bagaimana layanan yang diberikan terhadap pemain United dan memuji kemampuan Ferguson menangani pemain bintang. Bahkan, Giggs menyebut Ferguson sebagai masternya psikologi.

Pendekatan yang tak masuk akal Ferguson dengan beberapa nama besar yang paling terkenal adalah saat ia menendang sepatu ke arah Dadid Beckham. Sementara, empat pemain yang kerap mendapatkan perlakukan berbeda adalah Eric Cantona, Bryan Robson, Roy Keane, dan Cristiano Ronaldo.

photo
Legenda MU, Ryan Giggs. - (Reuters)

Giggs bercerita, ada beberapa pertandingan ketika Cantona tak melakukan apapun. Tak mencetak gol atau berlari seperti Carlos Tevez atau Wayne Rooney, sehingga tak berkontribusi pada tim.

Namun, Cantona segera sadar baik cepat atau lambat, ia harus kembali tampil bagus. Bahkan, rekan setimnya kerap bergosip di ruang ganti saat Cantona tak melakukan apapun di lapangan.

''Tapi pekan selanjutnya Cantona mencetak gol kemenangan atau membuat momen ajaib. Jadi dia (Ferguson) menangani nama besar dengan sangat baik selama mereka melakukannya di lapangan, dia menanganinya dengan berbeda. Dia adalah masternya psikoogi,'' ujar Giggs dikutip dari Standard, Senin (11/5).

Ferguson, lanjut Giggs, piawai mendapatkan yang terbaik dari masing-masing individu. Seperti merangkul atau menyemangati pemain saat jeda, akhir pertandingan, atau membiarkan pemain bereaksi dengan cara yang positif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement