Selasa 12 May 2020 16:30 WIB

Kisah Putra Para Dai Kondang Soal Bagaimana Mereka Dididik

Mereka menyampaikan keinginannya untuk menjadi seorang pendakwah.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Muhammad Fakhruddin
Ustaz Yusuf Mansur, Ustazah Siti Maemunah, dan anak-anaknya.
Foto: Istimewa
Ustaz Yusuf Mansur, Ustazah Siti Maemunah, dan anak-anaknya.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Putra dari ustaz-ustaz kondang di Indonesia mengisi agenda Hijrahfest bertajuk 'Melanjutkan Risalah Ayah' yang digelar melalui tayangan live streaming. Mereka di antaranya putra KH Bachtiar Nasir yaitu Khalifah Al-Rasyid, putra Ustaz Arifin Ilham, Muhammad Amer Adzikro, putra Ustaz Jefri Al-Buchori, Abidzar Al-Ghifari, dan penghafal Alquran atau hafiz yang turut mengisi acara, Hamas Syahid Izzuddin.

Dalam kesempatan itu, mereka menyampaikan keinginannya untuk melanjutkan apa yang telah dikerjakan oleh ayah mereka, yakni menjadi seorang pendakwah dengan caranya masing-masing sepanjang tidak keluar dari jalur syariat. Rasyid, misalnya, yang mengagumi ayahnya karena ilmu yang dimiliki. Bahkan suatu kali, ayahnya pernah mengungkapkan bahwa tidak ada harta yang disiapkan untuk anak-anaknya.

"Abi (panggilan Rasyid ke ayah) sudah bilang enggak siapin harta apapun, tetapi yang abi wariskan cuma satu, yaitu ilmu yang bermanfaat. Ini yang aku kagum. Abi mengajarkan ilmu yang banyak," tutur dia dalam tayangan daring itu.

Karena itu, Rasyid mengatakan ingin melanjutkan risalah sang ayah dengan cara yang berbeda. Sebab jika tidak dilanjutkan, maka ibarat sebuah bangunan yang sedang didirikan, anak tersebut malah mendirikan bangunan baru.

"Banyak anak malas jadi seperti ayahnya karena susah. Nah aku ingin melanjutkan risalah abi dengan cara sendiri. Misalnya ayah pakai cara tradisional, kita bisa pakai cara yang lain sepanjang tidak keluar dari syariat," ujarnya.

Rasyid ingin terus berupaya menyerap ilmu-ilmu yang dimiliki ayahnya untuk melanjutkan risalah yang telah dilakukan. Tujuannya, adalah untuk menyelesaikan apa yang sedang dijejakkan oleh sang ayah. Di sekolah, dia mengakui kadang bingung dengan pekerjaan ayahnya sendiri. "Ustaz iya, pebisnis iya, tetapi saking tawadhunya beliau, abi bilang, 'tulis saja guru ngaji'," ujar Rasyid, yang kuliah jurusan peternakan itu.

Sementara itu, putra Ustaz Arifin Ilham, Muhammad Amer Adzikro bersyukur memiliki sang ayah yang telah mendidik dirinya dengan sangat baik. Hanya saja, dia sempat heran dengan sikap galak almarhum ayah semasa hidup. Ia pernah dikunci di dalam ruangan gelap ketika tidak shalat berjamaah di masjid. "Ternyata itu semua untuk Amer, tanda sayang abi kepada anak-anaknya," tuturnya.

Amer juga mengatakan, Ustaz Arifin Ilham tidak pernah memaksa anak untuk menjadi seperti dirinya. Keberadaan Amer sekarang pun bukan menggantikan, tetapi hanya melestarikan apa yang telah dikerjakan Ustaz Arifin Ilham. Siapa saja, tidak hanya kalangan keluarga, bisa melakukan itu. "Apapun yang abi ajarkan kepada kita dan kita melakukannya, itu sudah termasuk melestarikan," ujarnya.

Putra Ustaz Jefri Al-Buchori, Abidzar Al-Ghifari, mengungkapkan telah berniat untuk meneruskan dakwah almarhum ayahnya. Meski dia mengakui masih memiliki ilmu yang terbatas sehingga masih harus banyak belajar.

Selama ini Abidzar menyadari, banyak orang yang bertanya mengapa tidak menjadi pendakwah dan malah menjadi artis sinetron. Namun, dia menegaskan akan meneruskan dakwah sang ayah pada waktu yang tepat. "Dan aku mau melanjutkan pesantren beliau yang Pondok Pesantren Ash-Shohabah itu," ungkapnya.

Hamas Syahid, dalam kesempatan itu menyampaikan soal bagaimana orang tua mendidiknya hingga menjadi hafiz. Dia diwajibkan untuk shalat berjamaah di masjid dan setelah shalat Maghrib harus menyetor hafalan dan membaca Alquran bersama di ruang tamu rumahnya. Jika tidak shalat di masjid, maka dia akan dimarahi sang ayah.

Sholat Subuh, diakui Hamas, memang paling susah untuk ditunaikan di masjid sehingga ia sampai mengunci pintu kamarnya agar bisa terus tidur. "Makanya pagi-pagi itu pintu selalu digedor-gedor sampai keluar kamar. Itu waktu saya SMP-SMA. Nah ini jadi pelajaran sampai sekarang. Jadi abi itu lebih mengajarkan disiplin dan umi lebih ke hafalan Alquran," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement