DPR: Merger Bank Syariah Bisa Tingkatkan Pangsa Pasar

Sudah seharusnya Indonesia menjadi contoh pengembangan keuangan syariah

Kamis , 09 Jul 2020, 14:21 WIB
Merger Bank Umum Syariah: Petugas melayani nasabah di Bank Syariah Mandiri, Jakarta, (ilustrasi). DPR mendukung rencana merger bank syariah yang digagas Menteri BUMN Erick Thohir.
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Merger Bank Umum Syariah: Petugas melayani nasabah di Bank Syariah Mandiri, Jakarta, (ilustrasi). DPR mendukung rencana merger bank syariah yang digagas Menteri BUMN Erick Thohir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Ace Hasan Syadzily mendukung rencana merger bank-bank syariah BUMN yang diwacanakan oleh Menteri BUMN Erick Thohir pekan lalu. Ace mengatakan, sudah seharusnya Indonesia menjadi contoh pengembangan keuangan syariah.

"Langkah merger bank-bank syariah BUMN saya kira patut didukung," katanya kepada media, Kamis (9/7).

Baca Juga

Merger bank syariah Himbara harus diarahkan pada upaya memperkuat kinerja perbankan syariah dan menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap perbankan syariah di Indonesia. Semakin tinggi kepercayaan masyarakat muslim terhadap pendekatan syariah dalam perbankan maka akan semakin mendorong pasar yang besar.

Ia juga berharap, merger bank syariah BUMN mampu meningkatkan kepercayaan masyarakat dan mendorong mereka untuk mulai beralih dari bank konvensional ke bank syariah. Perbankan syariah dinilai masih memiliki potensi yang sangat besar karena belum digarap secara optimal saat ini.

Perbankan syariah tidak sekedar dapat mengelola uang yang ditabung oleh nasabah tetapi juga ada dana lain seperti zakat, infak dan wakaf. Menurut data yang dirilis oleh OJK, penertrasi perbankan syariah di Indonesia masih belum tergali secara maksimal bila dibandingkan perbankan konvensional.

Saat ini pangsa pasar perbankan syariah masih dikisaran 6 persen. Pangsa pembiayaan masih 6,38 persen dan pihak ketiga atau dana masyarakat yang berhasil dihimpun dikisaran 6,7 persen. Dari sisi aset, total aset seluruh bank syariah itu baru Rp 537 triliun, sedangkan perbankan konven total asetnya sudah di angka Rp 8.402 triliun.