Selasa 04 Aug 2020 23:13 WIB

Banyak Masyarakat tak Takut Risiko Penularan Covid-19

Satgas Covid-19 menganalisis sifat banyak masyarakat yang tak takut terhadap Covid.

Petugas memberhentikan pengguna jalan yang tidak mengenakan masker saat razia masker di Pasar Karanggan Yogyakarta, Selasa (4/8/2020). Razia yang dilakukan oleh perugas gabungan dari Satpol PP, Polisi,  dan TNI Daerah Istimewa Yogyakarta itu guna mengedukasi masyarakat tentang pentingya penggunaan masker menyusul banyaknya khasus OTG COVID-19.
Foto: Antara/Andreaz Fitri Atmoko
Petugas memberhentikan pengguna jalan yang tidak mengenakan masker saat razia masker di Pasar Karanggan Yogyakarta, Selasa (4/8/2020). Razia yang dilakukan oleh perugas gabungan dari Satpol PP, Polisi, dan TNI Daerah Istimewa Yogyakarta itu guna mengedukasi masyarakat tentang pentingya penggunaan masker menyusul banyaknya khasus OTG COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Rr Laeny Sulistyawati, Dadang Kurnia, Nugroho Habibi, Sapto Andika Candra, Antara

Baca Juga

Tim pakar Sosbud Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Meutia Hatta menganalisis sifat banyak orang Indonesia yang belum mematuhi protokol kesehatan untuk menghindari virus corona SARS-CoV2 (Covid-19). Menurut Meutia, banyak masyarakat mengabaikan protokol kesehatan karena tidak merasa takut dengan risiko kesehatan.

"Saya belajar antropologi kesehatan, saya amati orang Indonesia itu tidak mudah takut dengan risiko kesehatan (Covid-19). Mereka berpikir itu hanya terjadi pada orang lain, bukan dirinya," ujarnya saat bicara di konferensi virtual akun youtube saluran Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bertema StrateginMembuat Kebiasaan Baru menjadi Kebudayaan Baru, Selasa (4/8).

Apalagi, dia menambahkan, masyarakat merasa optimistis tidak akan tertular Covid-19 karena telah beriman dan pasti dilindungi Tuhan. Ia melihat fenomena itu terjadi di Surabaya, Jawa Timur yang menjadi daerah zona hitam Covid-19 karena tingginya penularan kasus di sana.

Meutia menjelaskan, masyarakat Surabaya memilih tetap keluar rumah dan ketika ditahan oleh petugas keamanan termyata mereka masih ngotot karena nilai budaya yang tertanam yaitu merasa tidak akan menularkan.

"Akhirnya mereka (masyarakat Surabaya) tidak mau mematuhi (protokol kesehatan). Karena itu kasusnya lebih banyak," ujarnya.

Padahal, ia menyebutkan kadang-kadang Tuhan menguji seseorang apakah patuh atau tidak dalam aturan tertentu tetapi masyarakat melupakannya. Selain itu, ia menyebutkan kalau masyarakat patuh pada protokol kesehatan maka itu juga menolong orang lain supaya tidak tertular virus ini.

"Artinya kita bukan hanya menolong diri sendiri melainkan juga melindungi orang lain supaya tidak kena penyakit," kata Meutia.

Karena itu, ia meminta orang Indonesia harus mematuhi menerapkan protokol kesehatan seperti menjaga jarak, memakai masker wajah, menjaga jarak, dan sering cuci tangan dan ini bisa menjadi kebudayaan. Di satu sisi, ia meminta ahli komunikasi juga mengembangkan konsep iklan kesehatan masyarakat yang sesuai.

Contoh Surabaya sebagai di mana masyarakatnya 'abai' terhadap protokol kesehatan sebelumnya pernah tercermin dari hasil survei Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair). Hasil survei menunjukkan, tingkat kepatuhan masyarakat Surabaya Raya menggunakan masker sangat rendah. Sebanyak 70 persen warga Surabaya enggan mengenakan masker, dan tidak menjaga jarak sebesar 84 persen.

Pada Ahad (2/8) lalu, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sampai harus menyusuri gang perkampungan hingga perumahan elite untuk mengingatkan warga disiplin menerapkan protokol kesehatan. Risma bersama jajarannya menyusuri tiga kecamatan di Surabaya, yakni, Wonocolo, Karangpilang, dan Wiyung.

Risma mengawali patrolinya dengan mendatangi kawasan Taman Bungkul. Risma mengingatkan ratusan pesepeda yang ada di sana untuk mengenakan masker dan tak bergerombol.

"Tolong jaga jarak, tolong pakai masker. Kasihan dokter-dokternya. Kasihan perawat-perawatnya, masih banyak yang sakit jangan ditambah lagi," kata Risma melalui pemgeras suara.

Risma bersama rombongan kemudian melanjutkan perjalanan dengan menyusuri gang perkampungan di kawasan Bendul Merisi, Sidosermo, dan Margorejo, Kecamatan Wonocolo Surabaya. Warga di kampung ini terlihat disiplin memakai masker. Bahkan, ketika mereka melakukan kerja bhakti membersihkan saluran di sepanjang jalan kampung tersebut.

“Terima kasih bapak ibu sudah menggunakan masker. Tetap gunakan masker ya kalau keluar rumah, biar tidak sakit,” ujar Risma.

Kemudian rombongan bertolak menuju perkampungan di kawasan Mastrip, Karangpilang Surabaya. Di wilayah perbatasan Surabaya ini, Risma bersama jajarannya juga melakukan hal yang sama. Keluar masuk gang pemukiman menggunakan motor listrik, wali kota perempuan pertama di Surabaya ini membagi-bagikan masker dan mengingatkan warga agar disiplin menerapkan protokol kesehatan.

Terakhir, rombongan kemudian menuju perkampungan dan perumahan elite di wilayah Kecamatan Wiyung Surabaya. Di beberapa perumahan elit dengan penjagaan ketat, Risma melakukan sosialisasi protokol kesehatan menggunakan motor listrik dan pengeras suara.

Sikap sebagian masyarakat yang tidak takut atau khawatir terhadap risiko penularan Covid-19 juga dikeluhkan oleh Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto. Bima menilai, kekhawatiran masyarakat terhadap Covid-19 kian menurun.

"Saya membaca satu situasi yang sangat mengkhawatirkan, Covid-nya naik tetapi kekhawatiranya menurun, disiplinnya menurun, ini yang sangat berbahaya," kata Bima di Kota Bogor, Senin (3/8).

Bima menjelaskan, penambahan infeksi terus meningkat menuju puncak Covid-19 sesuai prediksi. Meskipun demikian, Bima mengaku, tak sependapat dengan penilaian bahawa Indonesia telah menghadapai gelombang kedua infeksi persebaran Covid-19.

"Gelombang pertama saja belum tuntas. Gelombang dua itu kalau sudah mentok kemudian flat-nya menurun," jelasnya.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau, dr Mimi Yuliani Nazir di Pekanbaru, Selasa (4/8), mengakui, kondisi masyarakatnya kini makin abai karena banyak yang beraktivitas di luar rumah tanpa masker, tidak menjaga jarak dan berkerumun di tempat umum.

Pada Selasa, ia menyatakan, ada penambahan 71 kasus baru yang terkonfirmasi Covid-19. Ini adalah penambahan tertinggi dalam sehari di Riau, setelah pada Senin (3/8) lalu ada tambahan 50 kasus.

"Dengan adanya penambahan 71 kasus baru tersebut maka jumlah total konfirmasi positif di Provinsi Riau 577 kasus," kata Mimi.

Pada hari ini, pemerintah merilis ada penambahan kasus konfirmasi positif Covid-19 sebanyak 1.922 orang dalam 24 jam terakhir. Dari angka tersebut, Jawa Timur (Jatim) masih menjadi provinsi dengan kasus baru terbanyak yakni 430 orang dalam satu hari terakhir.

Di posisi kedua ada DKI Jakarta, dengan 410 kasus baru. Jatim dan DKI Jakarta dalam dua hari ini menduduki posisi teratas dengan selisih yang tipis. Pada Senin (3/8) kemarin, Jatim berada di posisi teratas dengan 478 kasus positif baru dan DKI Jakarta berada di bawahnya dengan 472 kasus baru.

Total, tercatat ada 1.813 pasien Covid-19 yang dinyatakan sembuh pada hari ini. Sehingga angka kumulatif pasien sembuh ada 72.050 orang. Sementara jumlah pasien meninggal dunia dengan status positif Covid-19 bertambah 86 orang, sehingga jumlahnya menjadi 5.388 orang.

photo
Rekor Kasus Covid-19 di Indonesia - (Infografis Republika.co.id)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement