Jumat 14 Aug 2020 00:30 WIB

Wasekjen PA 212: Rezim Menjadi 'Surga' Bagi Penista Agama

Tumpulnya penegakkan hukum jadi peluang menimbulkan bibit-bibit baru penista agama.

Rep: Ali Mansur / Red: Agus Yulianto
Novel Bamukmin
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Novel Bamukmin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wasekjen Persaudaraan Alumni (PA) 212 Novel Bamukmin menyoroti maraknya penista agama akhir-akhir ini. Terakhir, seorang penulis buku "Jokowi dan Ben-Hur", Apollinaris Darmawan (68 tahun) melakukan penistaan terhadap agama Islam. Menurutnya, rezim saat ini menjadi surga bagi penista agama, karena lemahnya penegakkan hukum.

"Sudah saya sering katakan baik dimimbar, diacara acara terbuka dalam diskusi publik juga di media bahwa Indonesia khususnya direzim ini sudah menjadi surga bagi penista agama," tegas Novel saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (13/8).

Novel menduga, fenomena ini adalah permainan rezim yang membuka gerbang emas untuk neo Partai Komunis Indonesia (PKI) yang ingin melumpuhkan unsur Ketuhanan Maha Esa. Buktinya, dengan membiarkan dan memberi dukungan untuk penista agama dalam jabatan tertentu.

"Dengan latar belakang vonis yang rendah serta tidak pernah ada kejelasan penista agama ini ditahan di Mako Brimob ada atau tidaknya. Serta framing dukungan yang ditekan untuk menggiring opini yang dilakukan oleh buzzer sebagai tokoh pendobrak kebebasan berekpresi tanpa batas," keluh Novel.

Dikatakan Novel, sampai saat, dari berbagai wadah advokat sudah melaporkan banyak kasus dugaan penistaan agama yang ternyata tidak diproses lebih lanjut oleh pihak berwajib. Maka, dengan tumpulnya penegakkan hukum ini menjadi peluang menimbulkan bibit-bibit baru penista agama.

"Kasus penistaan agama menjadi pemicu konflik dimasyarakat dengan tujuan adu domba. Ini memang strategi Neo PKI mengadu domba dengan isu agama," kecam Novel.

Kendati demikian, Novel menegaskan, pihaknya bersama para ulama selalu menghadapi Neo PKI dengan gaya apapun. Termasuk peranan orang gila jejadian dan penghinaan serta penyerangan kepada ulama secara terang-terangan. 

Apalagi, sejarah kemerdekaan ini sebelum ada TNI , Polri, NKRI, Pancasila dan UUD 45, umat Islam dan ulama lah dengan semangat ukhuwah serta mencintai negara memerdekakan negara ini dari penjajahan.

"Bahkan nama "NKRI" sendiri juga adalah hasil penamaan dari para ulama yang mana dari ulama NU dan Muhamadiyahnya bergabung dalam Masyumi yang menamai NKRI yang sebelumya bernama Republik Indonesia Serikat," tutur Novel. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement