Selasa 29 Sep 2020 14:13 WIB

BTN Dapat Tambahan Dana PEN Senilai Rp 5 Triliun

Porsi terbesar penyaluran kredit ke sektor perumahan sesuai inti bisnis BTN.

Rep: Novita Intan/ Red: Fuji Pratiwi
Direktur Utama BTN Pahala N Mansury. PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk optimistis dapat memenuhi penyaluran kredit dari dana penempatan pemerintah dalam Program PEN.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Direktur Utama BTN Pahala N Mansury. PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk optimistis dapat memenuhi penyaluran kredit dari dana penempatan pemerintah dalam Program PEN.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk optimistis dapat memenuhi penyaluran kredit dari dana penempatan pemerintah dalam Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Perseroan mendapatkan tambahan penempatan dana pemerintah sebesar Rp 5 triliun sehingga realisasi penempatan uang negara menjadi Rp 10 triliun dari penempatan semula senilai Rp 5 triliun.

Direktur Utama BTN Pahala Nugraha Mansury mengatakan, perseroan berupaya memenuhi target penyaluran kredit hingga tiga kali lipat dari dana yang ditempatkan pemerintan pada perseroan. "Dengan tambahan tersebut, maka target penyaluran kredit BTN untuk program PEN menjadi Rp 30 triliun," ujar Pahala, Selasa (29/9).

Baca Juga

Adapun porsi terbesar dari penyaluran kredit tersebut ke sektor perumahan sesuai dengan inti bisnis BTN. Perseroan berupaya memaksimalkan ekspansi kredit dengan tetap memperhatikan pengelolaan risiko yang baik.

"Dalam merealisasikan penyaluran kredit BTN tetap memegang prinsip kehati-hatian agar rasio kredit bermasalah terjaga dan debitur juga tidak terbebani dengan cicilan di tengah kondisi pandemi Covid-19," ucap Pahala.

Pahala menjelaskan kredit sektor properti yang disalurkan BTN menyasar pada lebih dari  170 industri terkait sektor pembangunan perumahan, yang banyak menyerap tenaga kerja. Menurutnya, sektor properti merupakan sektor yang banyak memanfaatkan bahan baku dari dalam negeri, sehingga sektor inilah yang secara tidak langsung memperkuat ekonomi nasional.

"Bahan yang digunakan untuk pembangunan rumah lebih dari 90 persen sudah diproduksi di Indonesia, sehingga tentunya sektor ini cukup strategis," kata dia.

Pahal menyebut saat ini di Indonesia masih banyak masyarakat yang membutuhkan rumah. Hal itu ditandai masih ada backlog sebesar 11,4 juta berdasarkan kepemilikan dan 7,6 juta berdasarkan hunian. 

"Tentu masih besarnya backlog ini membuka peluang ekspansi bisnis properti," kata Pahala.

Dari sisi lain, lanjut Pahala, tingginya backlog juga menunjukkan masih besarnya ruang untuk penyaluran KPR. Hal ini menunjukkan adanya prospek dan juga kebutuhan atau permintaan yang masih sangat tinggi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement