Kamis 28 Jan 2021 05:25 WIB

Jangan Berhenti Hanya di Ambroncius Nababan

Natalius Pigai berulangkali menerima penghinaan rasis yang tidak diproses hukum.

Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai

Oleh : Ichsan Emrald Alamsyah*

REPUBLIKA.CO.ID, Natalius Pigai, aktivis Hak Azasi Manusia mendapat serangan, yang menurut penulis, lagi-lagi tidak bermoral. Kali ini, ia mendapat serangan berupa meme rasialis yang menyamakan pria asli Papua ini dengan gambar gorila.

Semuanya berawal dari komentar Pigai terkait vaksinasi Covid-19. Ia menilai pemerintah tidak boleh memaksa jika ada warga negara yang menolak untuk di Vaksin. Natalius menyebut bahwa keinginan untuk divaksin atau tidak adalah Hak Asasi Manusia.

Komentar Pigai tersebut dibalas oleh Ketua Umum Relawan Pro Jokowi-Amin (Projamin) Ambroncius Nababan dengan ucapan rasialis di akun Facebook. Ia menyebut vaksin Sinovac hanya untuk manusia bukanlah gorila.

"Mohon maaf yg sebesar-besarnya. Vaksin sinovac itu dibuat utk MANUSIA bukan utk GORILLA apalagi KADAL GURUN. Karena menurut UU Gorilla dan kadal gurun tidak perlu di Vaksin. Faham?” ungkap Ambroncius. Ucapan ini pun viral dan kemudian dihapus dari akun Ambroncius.

Karena sudah begitu viral, berbagai komentar pun hadir di lini masa media sosial. Salah satunya adalah Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Mahfud MD, mengatakan, seseorang tak perlu menghina orang lain dengan cacian atau gambar hewan jika tak suka dengan tudingan orang tersebut. Menurut Mahfud, jika itu terjadi, maka sebaiknya didiamkan saja.

"Kalau Anda tak suka dengan statement atau tudingan seseorang yang Anda anggap ngaco, tak usahlah menghinanya dengan cacian atau gambar hewan," ujar Mahfud lewat akun twitternya, @mohmahfudmd.

Baca juga : Mengapa Erdogan Gemar Ziarahi Makam Sahabat Nabi di Turki?

Syukur Alhamdulillah, kali ini kepolisian bergerak cepat dengan menjadikan Ambroncius tersangka kasus dugaan tindakan rasialisme. Bareskrim Polri juga menjemput paksa politikus Hanura itu untuk dilakukan pemeriksaan sebagai tersangka.

"Menaikkan status atas nama AN menjadi tersangka. Tim penyidik Siber Bareskrim Polri menjemput yang bersangkutan dan sekitar pukul 18.30 WIB yang bersangkutan dibawa ke Bareskrim Polri," ujar Kepala Divisi Humas Polri Irjen Argo Yuwono.

Namun menarik sebenarnya membaca penuturan Natalius terkait ucapan Ambroncius. Secara lebih luas, Pigai menyebut, selama pemerintahan Joko Widodo (Jokowi), orang Papua kerap menjadi sasaran rasisme. Dia juga menyebut, pembantaian, pembunuhan, dan kejahatan HAM di Papua cenderung didasari rasisme.

"Kita harus hapuskan rasisme. Negara memelihara dan mengelola rasisme sebagai alat pemukul tiap orang yang berseberangan dengan kekuasaan," kata Pigai.

Kata memelihara ini menarik bagi penulis karena seakan-akan ada pembiaran ujaran rasialis diucapkan terutama, meminjam kata-kata Natalius, sebagai alat pemukul orang yang bersebarangan dengan kekuasaan. Karena memang bukan kali ini saja Natalius mendapat serangan rasialis.

Baca juga : Infografis Kasus Dugaan Rasialisme Ambroncius

Seperti sebelumnya Natalius mendapat komentar bernada rasialis dari Arya Permadi atau Abu Janda. Dikutip dari Viva, Abu Janda ikut mengomentari Natalius Pigai dan ucapannya kepada Hendropriyono.

Abu Janda melalui akun twitter @permadiaktivis1 mengejek Natalius Pigai dengan sebutan evolusi. "Kau @NataliusPigai2 apa kapasitas kau? sudah selesai evolusi belom kau?” ungkap Permadi. Lagi-lagi cuitan bernada rasialis ini seperti halnya Ambroncius juga dihapus.

Sebelumnya bahkan Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (USU), Profesor Yusuf Leonard Henuk juga pernah mencuit bernada rasialis. Di akun Twitternya @profYLH, dia mencuit kalimat  yang ditujukan kepada Pigai. Cuitan ini dibuat Yusuf pada tanggal 2 Januari 2021.

“Pace @NataliusPigai2 beta mau suruh ko pergi ke cermin lalu coba bertanya pada diri ko:"Memangnya @NataliusPigai2 punya kapasitas di negeri ini?".Pasti ko berani buktikan ke @edo751945 & membantah pernyataan @ruhutsitompul yang tentu dapat dianggap salah,” tulis Yusuf sambil menyertakan foto Pigai dengan monyet yang sedang bercermin.

Ada dua hal yang sama dari dua akun tersebut, yaitu sama-sama membela pemerintah dan 'memukul' mereka yang berkomentar berseberangan dengan penguasa. Artinya ucapan Natalius Pigai ada benarnya dimana ada pembiaran berlarut-larut sehingga kemudian Ambroncius dengan berani mengeluarkan ejekan yang sangat 'jahat'.

Oleh karena itu penulis berharap pihak kepolisian juga tidak hanya menindak Ambroncius namun juga individu-individu lain yang mengejek atau menghina secara rasialis. Khususnya kepada etnis tertentu termasuk warga Papua. Jika ini terus berlarut-larut terutama kepada orang Papua, maka jangan salah bila mereka meminta merdeka.

*penulis adalah jurnalis republika.co.id

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement