Senin 29 Mar 2021 23:06 WIB

Kementan Ajak Petani Terapkan Metode Ubinan

Kementan menilai metode ubinan bisa mengatasi masalah perbedaan data

Kementerian Pertanian RI mendorong petani didampingi penyuluh menerapkan metode ubinan, survei yang lazim digunakan untuk mengetahui produktivitas tanaman pangan per hektar.
Foto: Kementan
Kementerian Pertanian RI mendorong petani didampingi penyuluh menerapkan metode ubinan, survei yang lazim digunakan untuk mengetahui produktivitas tanaman pangan per hektar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian RI mendorong petani didampingi penyuluh menerapkan metode ubinan, survei yang lazim digunakan untuk mengetahui produktivitas tanaman pangan per hektare.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menilai, ubinan atau pengambilan sampel mutlak dilakukan agar tidak ada perbedaan data, misalnya definisi lahan baku sawah yang bergeser penggunaannya untuk menanam jagung.

"Definisi terhadap sawah, misalnya, kalau tanam jagung, masih sawah kan namanya? Definisi itu dilakukan penyesuaian di pertanian apa pun tanaman di dalamnya, lahan itu lahan baku sawah," kata Mentan Syahrul tentang pentingnya data pertanian untuk input program dan kebijakan Kementan.

Sebagaimana diketahui, ubinan adalah salah satu metode dalam dunia pertanian untuk mengetahui perkiraan dari jumlah hasil yang akan didapat pada saat panen. Penerapannya tergolong mudah dan sederhana, dengan rumus hasil ubinan dikalikan luasan per hektar dan jumlah luasan ubinan sama dengan jumlah hasil panen per hektar.

Dedi Nursyamsi selaku Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM - Kementerian Pertanian (BPPSDMP) mengingatkan tentang pentingnya kegiatan pengubinan. Guna memastikan petani dan penyuluh tetap di lapangan dengan mematuhi Protokol Kesehatan di tengah pandemi.

"Pengubinan, istilah yang biasa dipakai penyuluh dan petugas statistik untuk menghitung secara cepat dan sederhana hasil panen tanaman pangan," kata Dedi.

Metode ubinan dapat diterapkan pada budidaya tanaman padi dengan cara sederhana, cukup dengan mengukur beberapa meter untuk dijadikannya tolak ukur atau perwakilan dari jumlah hasil perpetak sawah yang ingin kita ketahui hasilnya.

Seruan tersebut dilaksanakan petani di Desa Cilame, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, baru-baru ini, didampingi penyuluh CPNS Anindira Renintadarti, dan Koordinator Jojo Suharjo mendampingi petani menerapkan metode ubinan, hasilnya tujuh ton per hektar. 

Dedi Nursyamsi mengimbau agar penyuluh bisa terus turun ke lapangan dan mendampingi petani serta memastikan produksi pertanian."Jangan sampai terlena dengan panen yang sudah didapat. Jangan sampai lahan didiamkan terlalu lama, lakukan percepatan tanam."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement