Rabu 22 Sep 2021 13:06 WIB

Tanda Gula Darah Tinggi Bisa Terlihat dari Ketiak

Diagnosis diabetes tipe 2 meningkat lebih dari 2 kali lipat dalam 15 tahun terakhir.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Qommarria Rostanti
American Diabetes Association (ADA) mengatakan satu tanda di leher dan ketiak bisa menjadi tanda peringatan kadar gula darah tinggi yang berbahaya. (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com.
American Diabetes Association (ADA) mengatakan satu tanda di leher dan ketiak bisa menjadi tanda peringatan kadar gula darah tinggi yang berbahaya. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu pendorong tingkat gula darah melonjak adalah obesitas. Penderita diabetes jarang menunjukkan gejala luka, itulah sebabnya kondisi ini sering dianggap jinak. Namun, jika tidak diobati, diabetes meningkatkan risiko komplikasi kardiovaskular.

American Diabetes Association (ADA) mengatakan satu tanda di leher dan ketiak bisa menjadi tanda peringatan kadar gula darah tinggi yang berbahaya. Diabetes tipe 2, yang biasanya berkembang sekitar usia paruh baya, lebih sering terjadi pada individu yang kelebihan berat badan yang tubuhnya berhenti merespons insulin.

Regulasi insulin yang tidak normal ini menyebabkan peningkatan kadar gula darah yang signifikan, yang meningkatkan risiko serangan jantung, kebutaan, dan masalah ginjal. Tipe 2 ini dapat terjadi pada tahap kehidupan yang berbeda dan untuk sejumlah alasan yang berbeda.

Dilansir di laman Everyday Health, tanda-tanda awal bahwa kadar gula tidak terkendali mungkin muncul di sekitar leher dan ketiak. ADA memperingatkan bahwa ketika kadar gula darah tinggi secara tidak normal, area tebal kulit dapat terbentuk di bagian belakang leher atau tangan, ketiak, wajah, atau area lainnya.

ADA mengatakan perubahan kulit ini dikenal sebagai acanthosis nigricans, bisa menjadi tanda resistensi insulin. NHS menggambarkan kondisi kulit seperti terdapat bercak hitam pada kulit yang biasanya muncul di ketiak, leher, atau selangkangan.

Baca juga : Ribuan Obat Terlarang Disita dari Toko Kosmetik Bekasi

“Bisa jadi itu pertanda dari kondisi yang mendasarinya, sehingga perlu diperiksakan ke dokter umum. Gejala utamanya adalah bercak-bercak kulit yang lebih gelap dan lebih tebal dari biasanya,” kata National Health Service (NHS).

Lembaga kesehatan lain mengeklaim tekstur kulit mungkin tampak seperti berbeludru dan dapat ditemukan di lutut dalam beberapa kasus. Penelitian telah menunjukkan bahwa acanthosis nigricans paling sering terjadi pada orang gemuk, dan pada individu yang tubuhnya memproduksi terlalu banyak insulin.

Lebih lanjut, ADA menyatakan potongan kecil kulit ekstra yang disebut tag kulit, dapat terbentuk di lipatan kulit. Diabetes tipe 2 telah lama dianggap sebagai kondisi progresif seumur hidup, dengan risiko komplikasi kardiovaskular yang signifikan.

Salah satu efek sampingnya, neuropati, biasanya dimulai pada ekstremitas dan terus meningkat, menimbulkan bahaya pada saraf di sepanjang aliran tubuh. Hal ini dapat menyebabkan terbentuknya bisul, tulang menjadi lemah, dan akhirnya dapat menyebabkan hilangnya rasa.

Beberapa efek samping diabetes yang menyakitkan dipicu oleh kerusakan saraf yang disebabkan oleh kadar glukosa yang tinggi. Diagnosis diabetes tipe 2 meningkat lebih dari dua kali lipat dalam 15 tahun terakhir, dan diperkirakan akan tumbuh menjadi proporsi pandemi pada tahun-tahun mendatang.

Baca juga : Angka Kesembuhan Pasien Covid-19 di Sleman Capai 94 Persen

Deteksi dini kondisi ini sering kali dapat mencegah perkembangan penyakit. Sementara konsensus umum yang menyebut diabetes tipe 2 adalah kondisi ireversibel, pandangan itu telah ditentang dalam beberapa tahun terakhir.

Beberapa peneliti percaya, dengan mengubah pendorong utama yakni obesitas, misalnya dengan berolahraga dan hidup sehat agar berat badan turun, dapat memiliki efek yang menjanjikan bagi penderita diabetes.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement