Rabu 20 Oct 2021 00:31 WIB

Inggris Yakin Pengajuan Tuan Rumah Piala Dunia 2030 Lancar

Inggris optimistis pengajuan tuan rumah Piala Dunia 2030 tak terganggu.

Rep: Afrizal Rosikhul Ilmi/ Red: Bayu Hermawan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengajuan Inggris dan Irlandia untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2030 dinilai tidak tergelincir meskipun FA Inggris diberi sanksi atas kekacauan yang merusak final Euro 2020. Chief operating officer UK Sport, Simon Morton mengatakan masalah penonton tidak akan menggagalkan rencana.

Sebelumnya, Inggris telah diperintahkan untuk memainkan satu pertandingan kompetisi UEFA secara tertutup, dengan pertandingan lebih lanjut ditangguhkan selama dua tahun karena gangguan di final yang membuat para penggemar tanpa tiket menerobos masuk ke stadion.

Baca Juga

Masalah lebih lanjut yang dapat menodai kualifikasi Piala Dunia terjadi saat pertemuan Inggris dengan Hungaria pekan lalu ketika para penggemar tamu bentrok dengan polisi. "Ada pelajaran yang bisa dipetik, FA telah menugaskan peninjauan dari Baroness Casey. Ini sangat serius," kata Morton dikutip dari France 24, Selasa (19/10).

"Namun, saya tidak berpikir itu mencerminkan bagaimana negara ini menyelenggarakan acara olahraga. Kami memiliki reputasi yang sangat baik, tidak hanya untuk menyelenggarakan acara yang brilian tetapi juga menyelenggarakan acara yang aman dan terjamin," jelasnya.

"Kita harus mendapatkan keseimbangan di sini. Itu tidak dapat diterima, tetapi saya pikir sebagian besar negara di dunia akan mengakui bahwa itu tidak mencerminkan apa yang biasanya terjadi," ujarnya.

Presiden UEFA Aleksander Ceferin mengecilkan kekhawatiran bahwa gangguan tersebut akan mempengaruhi tawaran Piala Dunia Inggris dan Irlandia, mengatakan kepada The Times bulan lalu bahwa ia melihat Wembley sebagai tempat kunci untuk UEFA dalam menjadi tuan rumah final kompetisi klub di masa depan.

Selain itu, Morton memperingatkan pihak-pihak yang mengajukan proposal untuk penyelenggaraan Piala Dunia setiap dua tahun, bukan empat. Komite Olimpiade Internasional menyatakan keprihatinannya awal pekan ini tentang apa dampaknya bagi olahraga lain.

"Saya pikir acara kompetisi olahraga yang terlalu jenuh adalah risiko nyata," kata Morton. "Salah satu alasan mengapa olahraga begitu populer adalah karena kelangkaannya. Saya pikir ketika kami mengadakan acara, Anda ingin tahu bahwa itu istimewa, karena Anda menghadiri kejuaraan dunia," tambahnya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement