AS Punya Bukti Rusia Buat Rencana Serangan Besar ke Ukraina

NATO mengancam akan memberikan harga mahal ke Rusia jika serang Ukraina.

AP/Drew Angerer/Pool Getty Images North Ameri
Menteri Luar Negeri Antony Blinken.
Rep: Fergi Nadira/Kamran Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) memiliki bukti bahwa Rusia telah membuat rencana untuk serangan skala besar terhadap Ukraina. AS juga menegaskan, bahwa sekutu NATO siap untuk memberikan harga mahal kepada Moskow jika mencoba invasi.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pada pertemuan menteri NATO di Latvia awalnya meragu, tentang belum jelasnya apakah Presiden Vladimir Putin membuat keputusan untuk menyerang. Namun menurutnya, Putin menempatkan kapasitas untuk melakukannya dalam waktu singkat, jika dia jadi memutuskan.

"Jadi, terlepas dari ketidakpastian tentang niat dan waktu, kita harus bersiap untuk semua kemungkinan sambil bekerja untuk memastikan bahwa Rusia berbalik arah," ujar Blinken seperti dikutip laman The Guardian, Kamis (2/12).

Blinken mengatakan, dia telah mendapatkan solidaritas di antara sesama menteri NATO di ibu kota Latvia, Riga. Aliansi NATO, kata dia, siap untuk mengenakan biaya berat untuk agresi Rusia lebih lanjut di Ukraina dan akan memperkuat pertahanannya di sisi timur.

Blinken menunjuk pada bukti bahwa Rusia telah membuat rencana untuk langkah agresif yang signifikan terhadap Ukraina. Menurutnya langkah-langkah itu termasuk upaya untuk mengacaukan Ukraina dari dalam, serta operasi militer skala besar.

Baca Juga


Pemerintah Ukraina memperkirakan jumlah pasukan di dekat perbatasannya berkisar antara 90 ribu hingga 100 ribu personel. Pasukan Rusia menggelar dua latihan militer besar di wilayah tersebut, pada April dan September. Setiap kali mereka meninggalkan sejumlah besar pasukan dan persediaan peralatan yang substansial. Satelit komersial telah menunjukkan konsentrasi kendaraan militer.

Blinken menunjuk kemungkinan indikator lain dari niat Rusia. "Dalam beberapa pekan terakhir, kami juga mengamati lonjakan besar – lebih dari sepuluh kali lipat – dalam aktivitas media sosial yang mendorong propaganda anti-Ukraina, mendekati level yang terakhir terlihat menjelang invasi Rusia ke Ukraina pada 2014," katanya.

Dia mendesak kembalinya diplomasi berdasarkan perjanjian Minsk tahun 2014 dan 2015 yang melibatkan penarikan Rusia dan otonomi yang lebih besar untuk wilayah Donetsk dan Luhansk di Ukraina timur. Kremlin mengatakan Putin akan segera mengadakan pertemuan puncak dengan Joe Biden. Gedung Putih telah mengisyaratkan terbuka untuk gagasan itu tetapi tidak ada tanggal yang disepakati.

Blinken juga mengulangi posisi AS bahwa Washington tidak tergoyahkan dalam dukungan untuk kedaulatan dan integritas wilayah Ukraina. Dalam hal ini AS berkomitmen untuk kemitraan keamanan dengan Ukraina. Namun dia tidak mengatakan, bahwa AS atau anggota NATO lain  akan campur tangan secara militer.

"Jika Rusia mengikuti jalur konfrontasi, ketika datang ke Ukraina, kami telah menjelaskan bahwa kami akan merespons dengan tegas, termasuk dengan berbagai langkah ekonomi berdampak tinggi yang telah kami hindari di masa lalu," kata Blinken.

Menlu Blinken tidak merinci sifat tindakan itu seperti apa. Namun sebagian besar pengamat meyakini bahwa proyek pipa Nord Stream 2, yang dimaksudkan untuk membawa gas Rusia ke Eropa, dapat dibatalkan jika ada invasi lain. Pemerintah koalisi Jerman yang baru sudah skeptis tentang skema tersebut.

Hindari konflik

Sementara itu, Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) ingin menghindari konflik dengan Rusia di Ukraina. Namun Moskow harus menghentikan tindakan agresifnya di wilayah tersebut. “Tugasnya adalah untuk mencegah hal tersebut (konflik) terjadi. Itu pertama-tama alasan mengapa kami menyerukan Rusia menghentikan tindakan agresifnya terhadap Ukraina,” kata Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg dalam sebuah wawancara dengan CNN, Rabu (1/12).

Terkait tindakan agresif Rusia terhadap Ukraina, Stoltenberg menegaskan, setiap hak memiliki hak membela diri seperti tertuang dalam Piagam PBB. “Dukungan NATO untuk Ukraina adalah 110 persen atau benar-benar sejalan dengan kewajiban internasional kami. Dan Ukraina, tentu saja, memiliki hak membela diri,” ujarnya.

Dia menggarisbawahi NATO memberikan jaminan keamanan kepada negara-negara anggotanya. Namun Ukraina memang tak termasuk dalam pakta pertahanan tersebut. “Ukraina adalah mitra yang kami berikan dukungan dan kapasitas pelatihan,” ucap Stoltenberg.

Ketegangan masih berlangsung di wilayah perbatasan Rusia-Ukraina. Klaim tentang potensi Rusia melakukan invasi ke tetangganya kian merebak di Barat dan Ukraina sendiri. Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan informasi tersebut tak berdasar. Dia menekankan, Moskow bukan ancaman untuk siapa pun.

 
Berita Terpopuler