STIKes BTH Bertransformasi Jadi Universitas Bakti Tunas Husada
Universitas BTH fokus pada tiga keunggulan yaitu Teknologi, Bisnis dan Kesehatan.
REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA – Universitas Bakti Tunas Husada (BTH) Tasikmalaya resmi diluncurkan, Sabtu (22/1). Lahirnya Universitas Bakti Tunas Husada (BTH) Tasikmalaya merupakan perubahan bentuk dari STIKes BTH, yang ditetapkan berdasarkan SK Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknolohgi No. 547/E/0/2021 pada tanggal 15 Desember 2021. Selepas berubah bentuk menjadi Universitas BTH, kini pintu masuk utama ke kampus ini pindah ke Jalan Letjen Mashudi No. 20 Kota Tasikmalaya (samping Klinik BTH).
Menurut Pembina Yayasan BTH, H M Yoris Rusamsi SH MH, perubahan bentuk ini merupakan transformasi yang ke-4 mulai dari berdirinya Akademi Keperawatan tahun 1993, kemudian ditambah berdirinya Akademi Analis Kesehatan tahun 1996. Saat itu, kedua akademi ini berada dalam pembinaan dari Departemen Kesehatan RI.
Pada tahun 2004 berubah menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Bakti Tunas Husada dengan menyelenggarakan 3 (tiga) Program Studi yaitu S1 Farmasi, D3 Keperawatan dan D3 Analis Kesehatan di bawah pembinaan Departemen/Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pada tahun 2015, STIKes BTH menambah prodi baru yaitu D3 Refraksi Optisi (Optometri) dan 4 tahun kemudian yakni tahun 2019 menambah prodi baru lagi yaitu Prodi Pendidikan Profesi Apoteker, sebagai lanjutan pendidikan dari lulusan S1 Farmasi.
“Dengan demikian, Universitas BTH bukanlah universitas baru namun merupakan perguruan tinggi yang sudah berpengalaman dan telah menghasilkan ribuan alumni yang sudah diserap dunia kerja, sehingga terakhir mengantarkan STIKes BTH sebagai STIKes Terbaik dan Sekolah Tinggi Terbaik ke-3 di Jawa Barat dan Banten,” kata Yoris Rusamsi dalam rilis yang diterima Republika.co.id.
Ia menambahkan, saat menjelang milad Yayasan BTH ke-32 pada bulan Oktober 2020, Yayasan BTH membentuk Tim Transformasi YBTH yang beranggotakan Sembilan orang untuk melakukan kajian dan percepatan perubahan bentuk dari STIKes menjadi universitas. Tim Transformasi diberi tugas melakukan riset awal feasibilitas prodi-prodi apa yang akan diusulkan.
Hasil kajian Tim Transformasi menetapkan dalam rangka perubahan bentuk menjadi universitas, Yayasan BTH mengusulkan lima program studi Sarjana (S1) baru yakni: Kewirausahaan, Bisnis Digital, Teknologi Pangan, Administrasi Rumah Sakit, dan Informatika Medis. “Dalam prosesnya, Yayasan BTH kemudian menangguhkan Prodi Informatika Medis, karena dengan prodi sisanya pun perubahan bentuk masih bisa dilanjutkan karena telah memiliki satu prodi S1 sebelumnya yakni Farmasi,” ujarnya.
Setelah resmi berubah per tanggal 15 Desember 2021, Universitas BTH membentuk tiga fakultas. Pertama, Fakultas Teknologi dan Bisnis yang menyelenggarakan tiga prodi yaitu Teknologi Pangan, Kewirausahaan dan Bisnis Digital. Kedua, Fakultas Ilmu Kesehatan yang menyelenggarakan empat prodi yaitu S1 Administrasi Rumah Sakit, D3 Keperawatan, D3 Teknologi Laboratorium Medis dan D3 Optometri. Ketiga, Fakultas Farmasi yang menyelenggarakan dua prodi, yakni S1 Farmasi dan Pendidikan Profesi Apoteker.
“Universitas BTH ingin mengambil peran strategis dalam upaya mempersiapkan SDM yang dibutuhkan Indonesia masa depan dan hanya akan fokus pada tiga keunggulan yaitu Teknologi, Bisnis dan Kesehatan,” tutur Yoris.
Ia mengemukakan, tantangan Revolusi Industri 4.0 dan era society 5.0 langsung dijawab dengan dibukanya prodi-prodi baru yang sangat dibutuhkan bukan saja oleh dunia usaha dan industri, namun juga oleh masyarakat dan pemerintah pada umumnya. “Ke depan, Universitas BTH juga akan membuka prodi Informatika Medis, S2 Farmasi, D4 Teknologi Laboratorium Medis, dan prodi lainnya yang dibutuhkan masyarakat masa depan,” paparnya.
Melalui perubahan kelembagaan menjadi Universitas, kata Yoris, diharapkan Universitas BTH dapat berkontribusi lebih banyak lagi untuk masyarakat dan kemajuan daerah. Karena itu, visi visi Universitas BTH telah dirumuskan yakni “Menjadi Universitas yang unggul dan inovatif dalam bidang kesehatan, teknologi dan bisnis serta bardaya saing global”.
Untuk mencapai visi tersebut, kata dia, maka pelaksananaan tridharma perguruan tinggi dengan pendekatan pentahelix di mana titik tumpuannya pada menghadirkan kolaborasi dan sinergitas antara Perguruan Tinggi dengan pemerintah, dunia usaha/industri, masyarakat, dan media yang didukung dengan mengimplementasikan kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka.
“Hal tersebut akan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan potensinya melalui pembelajaran berbasis pengalaman atau experiental learning sehingga pada saat lulus pendidikan mereka siap menyongsong masa depan siap untuk bekerja dan siap membuka lapangan pekerjaan,” ujarnya.
Yoris menegaskan, untuk mewujudkan hal tersebut maka tentunya dalam pengelolaan universitas BTH memperhatikan aspek-aspek Good University Governance, mengedepankan mutu tridarma perguruan tinggi dan menyediakan fasilitas yang memadai yaitu sarana gedung untuk perkuliahan dan laboratorium, alat-alat laboratorium yang memadai, ruang perpustakaan yang representaif dan buku yang lengkap, dosen-dosen yang sudah berpengalaman dan tersertifikasi, kerjasama dengan instansi-instasi pemerintah dan swasta, industri, dan didukung dengan pengalaman dari pengelolaan Universitas BTH termasuk ketersediaan fasilitas lain yang dapat diperoleh oleh mahasiswa berupa berbagai besiswa.
Yoris mengungkapkan, Universitas BTH siap menyediakan pendidian baik bagi mahasiswa regular maupun nonregular dengan rekognisi pembelajaran lampau. “Penerimaan mahasisa baru sudah dapat ditempuh baik melalui jalur PMDK atau jalur regular (seleksi) dan pendaftaran mahasisa baru bisa dilakukan secara daring/online melalui admisi.universitas-bth.ac.id,” kata Yoris Rusamsi.