Ahad 26 Jun 2022 18:12 WIB

Afghanistan Khawatirkan Wabah Penyakit pada Korban Gempa

Wabah kolera jadi perhatian khusus dan serius di antara para korban gempa Afganistan

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Esthi Maharani
Pejabat kesehatan Afghanistan mengkhawatirkan wabah penyakit di antara korban gempa.
Foto: EPA-EFE/STRINGER
Pejabat kesehatan Afghanistan mengkhawatirkan wabah penyakit di antara korban gempa.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL - Pejabat kesehatan Afghanistan mengkhawatirkan wabah penyakit di antara korban gempa. Ribuan orang yang terkena dampak gempa bumi di Afghanistan timur sangat membutuhkan air bersih dan makanan.

"Orang-orang sangat membutuhkan makanan dan air bersih," kata juru bicara kementerian kesehatan Afghanistan Sharafat Zaman.

Ia mengatakan, para pejabat telah mengelola obat-obatan untuk saat ini tetapi menangani mereka yang kehilangan rumah akan menjadi tantangan.

"Kami meminta masyarakat internasional, organisasi kemanusiaan untuk membantu kami untuk makanan dan obat-obatan, yang selamat mungkin terkena penyakit karena mereka tidak memiliki rumah dan tempat tinggal yang layak untuk hidup," katanya.

Kantor kemanusiaan PBB (OCHA) memperingatkan bahwa wabah kolera menjadi perhatian khusus dan serius di antara para korban gempa. Sedikitnya 1.000 orang tewas, 2.000 terluka dan 10 ribu rumah hancur dalam gempa bumi pada Rabu pekan lalu.

Bencana tersebut merupakan ujian besar bagi penguasa garis keras Taliban Afghanistan. Pemerintah negara-negara di dunia menjauhi Taliban karena kekhawatiran tentang hak asasi manusia sejak mereka menguasai negara itu tahun lalu.

Membantu ribuan warga Afghanistan juga merupakan tantangan bagi negara-negara yang telah memberlakukan sanksi terhadap badan-badan pemerintah Afghanistan dan bank, memotong bantuan langsung, yang mengarah ke krisis kemanusiaan bahkan sebelum gempa. Perserikatan Bangsa-Bangsa dan beberapa negara lain telah mengirimkan bantuan ke daerah-daerah yang terkena dampak. Bantuan dari negara lain juga akan lebih banyak lagi yang akan tiba dalam beberapa hari mendatang.

Pemerintahan Taliban Afghanistan menyerukan pencabutan sanksi dan pencabutan pembekuan miliaran dolar aset bank sentral yang disimpan di lembaga keuangan Barat.  Di Kabul, rumah sakit yang lebih dulu merawat korban perang telah membuka bangsal mereka untuk korban gempa, tetapi sebagian besar orang tetap berada di daerah yang hancur akibat gempa.

"Rumah kami hancur, kami tidak memiliki tenda, ada banyak anak bersama kami. Kami tidak punya apa-apa. Makanan dan pakaian kami semuanya berada di bawah puing-puing," kata Hazrat Ali (18 tahun) di Wor Kali, sebuah desa di distrik Barmal yang paling parah terkena dampaknya.

"Saya telah kehilangan saudara-saudara saya, hati saya hancur. Sekarang kami hanya berdua. Saya sangat mencintai mereka," katanya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement