Senin 07 Nov 2022 09:36 WIB

Konferensi COP27 Soroti Kompensasi Akibat Emisi Negara Kaya pada Negara Miskin

COP27 diperkirakan menyoroti kerugian dan kerusakan akibat perubahan iklim.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Petugas lalu lintas polisi Mesir berdiri di pintu masuk Pusat Konvensi Internasional Sharm El Sheikh, selama pembukaan KTT iklim COP27, di Sharm el-Sheikh, Mesir, 06 November 2022. Konferensi Perubahan Iklim PBB 2022 (COP27), berlangsung dari 06 hingga 18 November di Sharm El-Sheikh, diharapkan menjadi tuan rumah salah satu peserta terbesar dalam konferensi iklim global tahunan dengan lebih dari 40.000 peserta yang diperkirakan termasuk kepala negara dan pemerintahan, masyarakat sipil, media, dan pemangku kepentingan terkait lainnya. Acara tersebut akan mencakup KTT Implementasi Iklim, hari tematik, inisiatif unggulan, dan kegiatan Zona Hijau yang terkait dengan iklim dan tantangan global lainnya.
Foto: EPA-EFE/KHALED ELFIQI
Petugas lalu lintas polisi Mesir berdiri di pintu masuk Pusat Konvensi Internasional Sharm El Sheikh, selama pembukaan KTT iklim COP27, di Sharm el-Sheikh, Mesir, 06 November 2022. Konferensi Perubahan Iklim PBB 2022 (COP27), berlangsung dari 06 hingga 18 November di Sharm El-Sheikh, diharapkan menjadi tuan rumah salah satu peserta terbesar dalam konferensi iklim global tahunan dengan lebih dari 40.000 peserta yang diperkirakan termasuk kepala negara dan pemerintahan, masyarakat sipil, media, dan pemangku kepentingan terkait lainnya. Acara tersebut akan mencakup KTT Implementasi Iklim, hari tematik, inisiatif unggulan, dan kegiatan Zona Hijau yang terkait dengan iklim dan tantangan global lainnya.

REPUBLIKA.CO.ID, SHARM EL SHEIKH -- Konferensi iklim COP27 dibuka di Sharm El Sheikh, Mesir pada Ahad (6/11/2022). Konferensi digelar di tengah meningkatnya seruan bagi negara-negara kaya untuk memberikan kompensasi kepada negara-negara miskin yang paling rentan terhadap perubahan iklim.

Sebagian besar diskusi dalam COP27 diperkirakan menyoroti kerugian dan kerusakan akibat perubahan iklim. Termasuk dana kompensasi yang diberikan oleh negara-negara kaya kepada negara-negara berpenghasilan rendah yang menerima dampak atas emisi pemanasan iklim. Para delegasi akan memulai negosiasi dengan menyetujui agenda konferensi selama sesi pleno pembukaan.

Pembicaraan akan fokus kepada persetujuan kompensasi negara-negara kaya terhadap negara yang rentan. Para diplomat dari sekitar 130 negara diharapkan dapat mendorong terciptanya fasilitas pembiayaan kerugian dan kerusakan dalam konferensi COP27.

Pada COP26 tahun lalu di Glasgow, negara-negara berpenghasilan tinggi memblokir proposal untuk memberikan pembiayaan kerugian dan kerusakan terhadap negara yang terkena dampak perubahan iklim. Saat ini, sesi untuk membahas kerugian dan kerusakan akibat perubahan iklim sedang dalam agenda sementara. Menteri Ekonomi Jamaika, Matthew Samuda berharap pembahasan mengenai kompensasi perubahan iklim dapat menjadi agenda utama.

"Saya berharap itu akan masuk dalam agenda. Ada pelunakan posisi dari banyak negara yang setahun lalu atau dua tahun lalu tidak mau mendukungnya," ujar Samuda.

Menteri luar negeri Jerman, Annalena Baerbock, mengatakan, Jerman bersedia menunjukkan solidaritas dengan negara-negara miskin. Termasuk pada masalah pelik kompensasi kerugian akibat perubahan iklim yang disebabkan oleh emisi negara-negara kaya.

Baerbock mengatakan, pembicaraan dalam konferensi iklim dibayangi oleh serangan Rusia terhadap Ukraina. Serangan ini telah memicu pergolakan politik dan ekonomi di seluruh dunia.

"Tahun 2022 tidak boleh menjadi tahun yang hilang untuk perlindungan iklim. Bagi banyak negara, (perlindungan iklim) ini adalah tentang kelangsungan hidup populasi dan budaya mereka. Krisis iklim tetap menjadi masalah keamanan terpenting, bukan perang Rusia di Eropa," ujar Baerbock.

 

sumber : Reuters / AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement