Kamis 13 Dec 2018 02:11 WIB

Ketua MUI: Kristenisasi Bisa Timbulkan Perpecahan Bangsa

Penyebaran agama kepada yang sudah beragama jadi faktor konflik umat beragama.

Rep: Muhyiddin/ Red: Karta Raharja Ucu
Ustaz Abu Deedat Syihabudin saat memberikan materi dalam diskusi di MUI, Jakarta, Rabu (12/12).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Ustaz Abu Deedat Syihabudin saat memberikan materi dalam diskusi di MUI, Jakarta, Rabu (12/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kristenisasi yang masih terus terjadi di Indonesia, menurut Ketua Komisi Dakwah Khusus MUI Pusat, Ustaz Abu Deedat perlu ditolak. Alasannya, kristenisasi bisa menimbulkan perpecahan.

"Perlu ditolak ya karena itu (kristenisasi) akan menimbulkan perpecahan umat dan perpecahan bangsa," ujar Ustaz Abu Deedat saat ditemui Republika.co.id dalam sarasehan bertema 'Kuatnya Ukhuwah Islamiyah, Benteng Aqidah Umat' di Kantor MUI, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (12/12).

Ia berpendapat, adanya upaya menyelewengkan aqidah umat agama lain, maka tentu akan dapat menimbulkan perpecahan atau gesekan-gesekan antar sesama umat beragama di Indonesia. Karena itu, menurut dia, pemerintah harus intervensi terkait permasalahan ini.

"Pemerintah harus punya tugas untuk melindungi umat yang beragam ini, khususnya umat Islam dari upaya-upaya yang ingin memecah belah atau yang bisa menimbulkan konflik," ucapnya.

 

Dia menjelaskan konflik umat beragama di Indonesia memang bisa terjadi jika disebabkan beberapa faktor. Di antaranya, karena upaya penyebaran ajaran agama kepada masyarakat yang berbeda agama.

"Selain itu bisa juga karena munculnya aliran-aliran sesat, bisa juga karena pendirian rumah ibadah yang tidak mengikuti peraturan, bisa juga karena penodaan agama," katanya.

Dia pun menjelaskan tentang upaya kristenisasi yang harus diwaspadai oleh umat. Karena, menurut dia, kristenisasi juga kerap dilakukan melalui bantuan kemanusiaan.

"Seperti memberikan sembako atau pengobatan gratis atau kesehatan," ujarnya saat menjadi pembicara dalam sarasehan tersebut.

Selain itu, kata dia, gerakan misionaris tersebut juga berusaha mempengaruhi umat Islam melalui bantuan pendidikan, melalui proyek amal. Gerakan itu juga membina hubungan dengan pemerintah lokal dan penduduk setempat, membangun bisnis di berbagai bidang. "Bahkan berpura-pura menjadi Muslim untuk melancarkan misinya," ucap dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement