Empat belas abad silam, di tengah gurun pasir Arabia, seorang nabi diturunkan: Muhammad sang terpuji. Saat risalah pencerahannya menyapu seluruh Jazirah Arab dan menyatukan suku-suku yang semula bertikai, istri kesayangannya, Aisyah binti Abu Bakar, yang berjuluk Humaira—yang berwajah kemerahan—mengisahkan kesaksiannya atas perubahan Muhammad dari seorang nabi menjadi salah satu negarawan paling berpengaruh di dunia.
Namun, tak lama setelah momen puncak kemenangan sang Nabi, yakni penaklukan Kota Makkah (Fathul Makkah) pada abad kedelapan Hijriyah, beliau jatuh sakit dan wafat dalam pelukan sang Humaira. Sebagai seorang janda yang dihormati, Aisyah menemukan dirinya berada di pusat imperium Muslim yang baru terbentuk dan kemudian beralih peran sebagai seorang guru bangsa, pemimpin politik, bahkan panglima perang.
Ibunda kaum Mukminin itu ditakdirkan Allah untuk membantu mengantarkan Islam ke pentas dunia. Pergulatan hidup dan cinta Bunda Aisyah dalam mendampingi manusia terbaik yang Allah ciptakan di muka bumi ini (Rasulullah Muhammad SAW) dan mengawal lahirnya peradaban Islam dinarasikan dengan sangat indah dan menyentuh dalam novel ini.
Sebuah novel luar biasa yang ditulis berdasarkan riset penuh ketelitian. Gaya bertutur sang penulis novel ini sangat indah, sehingga mampu membetot perasaan pembaca sejak kalimat-kalimat pertama.
Pilihan pengarang yang menggunakan tokoh aku atau orang pertama membuat novel ini bagaikan suara hati atau catatan harian Bunda Aisyah, sehingga siapa pun yang membacanya niscaya akan terhanyut di dalam lakon istri kesayangan Nabi tersebut.
Catatan harian tentang kekaguman, cinta, dan kasih sayang Aisyah kepada sosok lelaki luar biasa yang ditakdirkan menjadi suaminya. "Ada banyak kisah kejayaan dalam kisahku, banyak kekaguman dan banyak duka lara. Inilah kisah yang kuharap kaulestarikan dan kaubawa hingga ujung-ujung wilayah imperium supaya para perempuan dan para cucu perempuan yang masih menyusu saat ini akan mengenangnya." (hlm 10).
"Dari sekian banyak pasang surut bahtera kehidupanku, tak ada yang paling kuanggap berharga selain 10 tahun bersama beliau sebagai istrinya." (hlm 12). Tak berlebihan kalau Reza Aslan, penulis No god but God menuliskan kesannya, "Novel historis paling indah dan cemerlang yang pernah saya baca dalam beberapa tahun terakhir." rep:irwan kelana
Judul : Aisyah Ibunda Kaum Mukminin
Penulis : Kamran Pasha
Penerbit : Zaman
Cetakan : I, 2014
Tebal : 762 hlm