Foto : Republika/Raisan Al Farisi
Di balik gegap gempita antusiasme warga, tercium aroma tegang dalam diri para 1.193 peserta Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Nasional XXVI di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Mengintip suasana lomba menjadi momen wajib demi menuntaskan rasa penasaran peserta. Terlihat di balik tirai panggung lomba, sejumlah peserta lebih memilih menyendiri dan berlatih memantapkan bacaan Alquran maupun hafalannya. Ada juga yang menjatuhkan diri pada bahu rekannya untuk beristirahat. Bermacam cara pun dilakukan guna sedikit meredakan ketegangan. Ada yang asik bermain gadget, menelepon keluarga, memilih bersenda gurau dengan pendamping, atau mengabadikan momen bersejarah lewat jepretan kamera dengan berfoto bersama.
Begitu namanya dipanggil, hela napas dan pelukan pendamping diharapkan mengurai aura tegang agar tampil lebih lepas. Petuah pendamping seakan menjadi suplemen berharga menjelang laga. Padatnya aktivitas tentu melelahkan siapa saja yang menggelutinya. Tak terkecuali para dewan hakim. Pada sela-sela menjaga amanahnya dalam memimpin lomba, celetukan-celetukan humor dilemparkan untuk mencairkan suasana.
Foto : Republika/Raisan Al Farisi
Selain kafilah, ketegangan pun meliputi para dewan hakim yang menaruh fokus penuh dalam aspek penjurian. Tak jarang, dewan hakim berdebat untuk menentukan yang terbaik. Kesigapan panitia dalam membantu peserta difabel pun tak luput dari perhatian. Beragam ekspresi wajah terurai jelas seusai acara lomba. Senyum lebar kegembiraan tak kuasa meluncur dari para pencinta Alquran. Sejatinya, menang atau kalah bukanlah tujuan utama, melainkan bagaimana agar syiar tetap terjaga selamanya. ed: Edwin Dwi Putranto