Banyak yang berasumsi Amerika Serikat (AS) identik dengan negara super power yang semuanya serbaada dan canggih. Namun, dalam perjalanan saya ke Arizona, saya menyibak sisi lain dari negara Paman Sam yang jarang terekspose, yakni suku Indian. Kehidupan suku Indian nyaris bertolak belakang dengan kehidupan warga AS pada umumnya. Walaupun telah banyak yang beradaptasi dengan kehidupan modern, namun tak sedikit juga yang masih hidup sesuai ajaran adat istiadat nenek moyang mereka ratusan tahun yang lalu.
Seperti halnya bangsa Indonesia yang memiliki ratusan suku, suku Indian pun dikelompokkan lagi dalam beberapa suku. Misalnya suku Indian yang terkenal dengan hasil kerajinannya, yaitu suku Hopi. Sedangkan suku Indian yang mahir dalam berkuda dan berperang adalah suku Apache.
Suku-suku Indian ini dapat dijumpai di negara bagian mana saja di AS. Namun, terkadang ada beberapa di antara mereka yang lebih nyaman hidup berkelompok. Pemerintah AS juga memberikan mereka lahan khusus untuk ditempati yakni yang lebih dikenal dengan Indian Reservation.
Navajo Nation
Navajo Nation merupakan salah satu Indian Reservation yang terletak di Arizona. Dari 50 Indian Reservation yang tersebar di Amerika Serikat, Navajo Nation merupakan yang terbesar dan telah masuk dalam Guinness World Records.
Navajo Nation memiliki wilayah sebesar 65.000 kilometer persegi yang kalau diukur sama besarnya dengan wilkayah West Virginia. Saking besarnya wilayah Navajo Nation yang berkedudukan di utara Arizona ini juga menghinggapi daerah Utah dan New Mexico.
Tidak hanya sebagai kawasan yang terbesar, tetapi suku Indian Navajo sendiri merupakan suku terbesar yang ada di Amerika Serikat. Tidak heran mereka perlu tempat yang luas.
Kawasan Navajo Nation terletak di gurun pasir Sonoran yang dikaruniai pemandangan unik berupa bentangan luas dataran rendah yang disandingkan dengan bebatuan atau tebing indah berwarna merah kecokelatan. Keunikannya ini juga telah banyak difilmkan untuk setting film-film koboi zaman dahulu.
Luas Navajo Nation berbanding terbalik dengan banyaknya Suku Indian yang menghuni area ini. Diperkirakan hanya ada 175.228 orang yang tinggal di area ini.
Suku Indian yang mendiami Navajo Nation juga dikenal sebagai Diné. Suku Indian memiliki rumah khas yang dinamakan hogan yang berbentuk segi delapan dan mempunyai pintu yang menghadap ke arah matahari terbit. Walaupun banyak yang telah tinggal di rumah yang modern, namun biasanya mereka tetap mempertahankan rumah tradisionalnya.
Selama perjalanan di sini, saya perhatikan ada satu hal yang mencolok dari suku Indian. Yakni, rambut panjang hitam mereka yang terawat. Menurut mereka, rambut adalah simbol dari suku Indian dan pantang bagi mereka untuk memotong ataupun mewarnainya.
Pantas saja saya tak pernah melihat gadis suku Indian dalam potongan rambut pendek, terlebih pada wanita dewasa. Bahkan, hal ini juga diyakini oleh para prianya. Tak jarang saya jumpai pria dengan rambut panjang ala pendekar kungfu yang sebatas pinggang dan dikepang rapi.
Di Navajo Nation ini, tidak ada satu pun gedung pencakar langit. Bahkan, kotanya jauh dari gemerlap metropolitan. Hanya tampak beberapa daerah yang dianggap sebagai downtown yang terdiri dari supermarket, restoran cepat saji, pom bensin, dan beberapa toko suvenir.
Navajo Nation juga tidak memiliki sarana transportasi publik. Hampir semua warga masyarakatnya harus memiliki mobil.
Lebih jauh lagi, saya beruntung sempat mencicipi tinggal di Many Farms, Navajo Nation. Di sana saya merasakan hidup sederhana dan dekat dengan alam di mana tidak terdapat akses internet dan sinyal handphone. Bahkan, selama tiga hari di sana saya tidak mandi dan hanya menggunakan "toilet nyemplung" di luar rumah. Sebab, tidak ada fasilitas air yang tersedia sehingga air harus dibeli terlebih dahulu di downtown.
Hal ini sangat ironis dan bertolak belakang dengan apa yang biasa ditampilkan di film-film besutan Hollywood. Berada di sini, saya nyaris lupa berada di salah satu negara terkaya di dunia. ed: Nina Chairani
***
Montezuma Castle
Di Verde Valley, Arizona, terdapat tempat tinggal suku indian Sinagua yang terletak di dalam tebing batu kapur yang dinamakan Montezuma Castle. Montezuma Castle telah dihuni dari tahun 1100 1425 CE (Common Era) oleh suku Indian Sinagua.
Tidak ada yang tahu penyebab pastinya mengapa suku-suku ini berpindah dari tempat asalnya di selatan Arizona menuju Montezuma Castle. Yang dapat diperkirakan para ahli ialah kemungkinan dikarenakan overpopulation di daerah asalnya, wabah penyakit, kekurangan bahan makanan, perubahan cuaca, konflik antarsuku, maupun spritual beliefs. Montezuma Castle yang terletak kira-kira 30 meter dari tanah ini kelihatan dari jauhnya berukuran kecil tetapi di dalamnya ternyata memiliki lima lantai dengan jumlah ruangan hingga 20-an yang menempati area sebesar 325 m2 dan terpahat sedalam 10,7 meter. Untuk mencapai Motezuma Castle, suku Indian Sinagua harus menggunakan tangga.
Rumah mereka memiliki cara masuk yang unik karena tidak adanya pintu di depan. Satu satunya jalan adalah masuk dari tangga di atas. Hal ini diprediksi untuk alasan keamanan sehingga pintu tersebut hanya dapat dibuka dari dalam. Terdapat juga lubang kecil di Montezuma Castle yang berguna untuk menahan hawa panas gurun dan serangan hawa dingin ketika musim dingin.
Kehidupan sehari-hari suku Indian Sinagua ini adalah bertani dan berburu binatang. Tidak jauh dari lokasi Montezuma Castle, terdapat beberapa aliran sungai yang menjadikan tanah di sekitarnya subur sehingga mereka dapat menanamnya dengan jagung, kacang, labu, serta kapas.
Binatang-binatang buruan mereka, antara lain, adalah rusa, antelope, kelinci, beruang, muskrat, dan bebek. Para suku Indian Sinagua ini juga menambang garam yang digunakan untuk transaksi barter.
Bagi yang mempunyai keahlian seni, mereka juga membuat hasil kerajinan tangan dari batu, seperti kapak, pisau, dan juga alat penggiling jagung. Kerajinan tangan lainnya berupa hasil kain tenunan dari kapas yang dipadupadankan dengan kerang, kulit binatang, batu turquoise yang dipakai untuk sehari-hari.
Kerajinan tangan lainnya berasal dari tanah liat, seperti alat alat rumah tangga berbentuk barang-barang tembikar yang digunakan untuk memasak dan alat penyimpanan. Tetapi, menurut saya, mahakarya mereka yang terbesar tak lain adalah Montezuma Castle ini sendiri karena untuk memahat "rumah" di batu kapur yang hanya dapat diakses dengan tangga tentulah bukan pekerjaan sebentar dan mudah. Meskipun dalam pembuatannya masing masing ruangan luasnya tidak sama, namun setelah 700 tahun berdiri, Montezuma Castle masih berdiri kokoh.
Pada 1425 diperkirakan suku Indian Sinagua telah pindah bermukim ke tempat lain. Walaupun saat ini Montezuma Castle telah kosong dan menjadi National Park, para keturunan suku Indian Sinagua masih sering datang dan menganggap tempat ini sebagai tempat keramat dari nenek moyangnya.
***
Hubbell Trading Post
Sebagai penduduk pertama yang mendiami AS, suku Indian menjalani kehidupannya dengan caranya sendiri yakni salah satunya adalah melakukan barter untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sebelum diberlakukannya dolar di AS.
Untuk melakukan barter, suku Indian melakukannya di suatu tempat yang disebut trading post. Mereka membawa barang yang hendak ditukarkan dan menukarkannya dengan sesuatu yang tersedia di trading post.
Salah satu trading post yang terkenal adalah Hubbell Trading Post. Trading post ini masih berfungsi sebagai tempat barter hingga sekarang. Tentunya yang bisa barter pun hanya suku Indian tersebut. Bila kita para wisatawan, dapat membeli barang-barang suku Indian maupun kebutuhan sehari-hari di toko dalam kawasan Hubbell Trading Post ini.
Di toko ini dapat ditemukan barang-barang yang bisa dibilang antik bagi masyarakat AS, seperti koran khusus Navajo Nation, karung tepung, kaleng besi air minum, mesin kasir lama, dan barang-barang kebutuhan rumah tangga yang sepertinya datang dari beberapa ratus tahun yang lalu. Bahkan, transaski jual belinya pun masih menggunakan nota. Berasa belanja di toko keluarga saya di kampung halaman!
Jika Anda punya banyak waktu, bercakap-cakap ria dengan penjaga tokonya. Mereka sangat ramah dan tidak segan-segan membicarakan gosip-gosip lokal.
Selain itu, di visitor center-nya juga ada demo menenun kain tradisional suku Indian langsung oleh pakarnya
***
Heard Museum
Cara termudah untuk mempelajari suku Indian ini adalah dengan mengunjungi Heard Museum. Museum yang ada sejak 1929 ini terletak di jantung Kota Scottsdale dan bertujuan untuk memperkenalkan dan mempromosikan kebudayaan dan sejarah suku Indian. Walaupun didirikan bukan oleh suku Indian, namun koleksi yang terpajang di dalamnya mampu mewakilkan sejarah, barang peninggalan hingga hasil karya suku Indian yang mempunyai nilai tinggi.
Di sini juga terdapat toko suvenir yang hanya menjual hasil karya suku Indian asli. Jadi, tidak perlu takut jika ingin membeli dreamcatcher maupun batu turquoise asli.
***
Pow Wow Arizona
Seperti halnya di Indonesia, suku Indian saat ini sedang berusaha melawan kepunahan tradisi, bahasa, dan budaya mereka. Apalagi di zaman modern ini, di mana kemungkinan anak muda yang cenderung lebih menyukai budaya asing dibanding budaya mereka sendiri. Oleh karena itulah, diadakanlah Pow Wow yang berarti acara reuniannya orang-orang suku Indian.
Mereka merayakannya dengan kompetisi tari dan musik. Sayangnya event ini terkesan tertutup. Tidak ada promosi besar-besaran yang dilakukan padahal bagi turis seperti saya, acara ini sangat menarik untuk disaksikan. Warna-warni kostum yang meriah lengkap dengan bulu-bulu serta cat di tubuh mereka serasa menghipnotis saya untuk melihatnya.
Di sini juga dijual makanan khas suku Indian, seperti fry bread. Dari namanya saya mungkin sudah dapat ditebak kalau fry bread adalah semacam adonan tepung lebar yang digoreng, setelah itu ditaburi sayur serta potongan daging atau dapat juga dimakan sebagai makanan ringan dengan menaburinya tepung gula dan madu. Yummy!
***
Grand Canyon
Grand Canyon adalah salah satu dari tujuh Natural Wonder yang ada di dunia. Untuk membentuknya hingga sekarang ini, diperlukan waktu 5 hingga 6 juta tahun yang lalu. Mengalir di bawahnya adalalah Sungai Colorado sepanjang 2.250 km yang juga aktor utama terbentuknya canyon ini.
Grand Canyon memiliki panjang 446 km yang terletak di sebelah utara Arizona. Tak heran dengan luasnya, Arizona punya julukan lain, yakni " The Grand Canyon State".
Selain sebagai atraksi utama wisata di Arizona, Grand Canyon merupakan rumah bagi Suku Indian Havasupai yang telah mendiami tempat ini 500-600 tahun yang lalu. Mereka membuat rumah mereka di sisi-sisi tebing yang curam.
Hingga kini pun tetap ada masyarakat suku Indian yang mendiami National Park ini dan menjadikan tempat ini keramat. Tak heran jikalau salah satu watch tower di Grand Canyon dibangun dengan arsitektur suku Indian dan tampak beberapa hiasan khas suku Indian. Di took suvenirnya pun dijual barang barang kerajinan suku Indian.
***
Bahasa Suku Navajo
Bahasa suku Indian Navajo ini ibaratnya bahasa daerah di Indonesia. Sedang berjuang hidup di era modernisasi dan mulai ditinggal para peminatnya. Rata-rata warga suku Indian ini memang dapat berbicara dengan bahasa Inggris. Namun, mungkin bagi beberapa orang tua satu-satunya bahasa yang mereka ketahui adalah bahasa mereka sendiri.
Bahasa Navajo tergolong ke dalam bahasa yang sulit dipelajari karena memiliki cara pengucapan, ejaan, serta intonasi yang sangat spesifik untuk diucapkan. Selama berinteraksi dengan suku Indian, hanya ada satu kata yang saya ingat dan berhasil saya ucapkan yakni ahéhee' (baca: asehe) artinya terima kasih.
Sulitnya bahasa Navajo ini rupanya telah membantu memenangkan AS ketika perang dunia kedua karena bahasa ini dibuat menjadi kode untuk berkomunikasi melalui telegraf dan radio sehingga musuh tidak dapat memecahkan isi pesan. Hanya ada beberapa orang yang mempunyai tugas penting ini dan mereka dinamakan code talkers.
Tips Berinteraksi dengan Suku Indian
1. Suku Indian adalah suku yang ramah, hanya saja mereka tidak terbiasa berinteraksi dengan pengunjung. Selalu bersikap sopan dan menghargai tradisi mereka. Jangan lupa untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak diundang, seperti tiba-tiba menggedor pintu atau masuk ke rumah untuk melihat-lihat isi rumah tersebut.
2. Ada kalanya suku Indian tidak berkenan difoto oleh karena itu selalu minta izin untuk mengambil gambar. Di beberapa tempat, bahkan ada peringatan keras dan jelas untuk tidak memotret.
3. Suku Indian tidak terlalu familier dengan kontak fisik sehingga jika bertemu berjabat tangan saja sudah cukup.
4. Beberapa suku Indian mempunyai kepercayaan bahwa banyaknya kontak mata adalah sesuatu yang tidak baik. Jadi, jika lawan bicara Anda tidak banyak menoleh dari Anda, hargailah. Mereka juga diajar untuk tidak terlalu banyak bicara, berisik terutama kepada orang yang tidak dikenal.
5. Suku Indian memiliki bahasa daerah mereka masing-masing. Walaupun sebagian besar dari mereka dapat berbahasa Inggris, mempunyai pemandu dari suku Indian untuk mendampingi perjalanan adalah tips yang saya sarankan. Hal ini juga dimaksudkan untuk mengantisipasi miskomunikasi perbedaan budaya.
***
Naik Apa Habis Berapa?
Sistem transportasi umum di Arizona belumlah maksimal dan belum menjangkau banyak daerah. Oleh karena itu, untuk mencapai tempat-tempat yang disebut di atas, mau tidak mau harus menyewa mobil atau mengikuti tur yang tersedia.
Selain mencoba makanan khas suku Indian seperti fry bread, jangan lupa menikmati masakan Meksiko seperti burritos di salah satu restoran cepat saji bernama Chipotle. Selain rasanya yang enak, mereka juga menggunakan bahan makanan yang segar. Salah satu yang paling saya sukai di sini adalah tersedianya nasi sebagai pengganti tortilla. Harga satu bungkus burritos dan minum kurang lebih 10 dolar. Untuk lebih hemat dan efisien, bawalah botol air minum tersendiri yang nantinya dapat diisi di tempat-tempat tertentu.
Grand Canyon Lodge merupakan satu-satunya akomodasi penginapan yang berada dalam kawasan Taman Nasional Grand Canyon. Akomodasi yang disediakan pun sanggat beragam mulai dari yang bentuknya hostel hingga luxury hotel bahkan juga ada hotel yang berada di dasar Grand Canyon yang hanya dapat dilewati dengan cara hiking ke bawah. Menginap di sini merupakan pilihan paling tepat apalagi bagi yang ingin mengincar momen indah melihat matahari terbit di Grand Canyon. Selain itu, tersedia juga banyak fasilitas gratis lainnya, yakni free shuttle menuju Grand Canyon, brosur dan map gratis serta lobi yang dilengkapi dengan wifi. Harga paling murah mulai dari 89 dolar AS/malam. Karena banyaknya pengunjung, disarankan untuk mem-booking jauh-jauh hari.
Oleh Lenny, travel writer, blogger