Dunia arsitektur Indonesia kehilangan salah seorang guru terbaiknya. Prof Ahmad Noe'man yang dijuluki Arsitek Seribu Masjid meninggal dunia pada Senin (4/4) sekitar pukul 15.42 WIB di RS Santo Borromeus, Kota Bandung. Beliau tutup usia dalam usia 90 tahun.
"Bapak masuk rumah sakit dua pekan lalu. Menurut diagnosis dokter, Bapak mengalami infeksi paru-paru dan sakit jantung. Kami sekeluarga memohon maaf bila ada kesalahan Bapak," kata Khirzan Noe'man, salah seorang putra almarhum, di Bandung.
Menurut Khirzan, selama menjalani perawatan di rumah sakit, kondisi ayahnya sedikit demi sedikit mulai membaik. Bahkan, beberapa sehari sebelumnya, ia masih berkomunikasi dengan almarhum diiringi dengan canda dan tawa ringan. Namun, kondisi kesehatan pria kelahiran Garut, 10 Oktober 1925 itu menurun pada Senin (4/4) siang. Noe'man sudah sangat sepuh. Keluarga berduka dengan meninggalnya almarhum.
Noe'man dijuluki Arsitek Seribu Masjid. Dia meninggalkan empat orang anak. Dia mendesain sejumlah masjid besar di Tanah Air, seperti Masjid Salman ITB, Masjid At-Tin TMII Jakarta, Masjid Al-Ghifari IPB, Masjid Al-Furqon UPI Bandung, Masjid Syekh Yusuf di Cape Town, Afrika Selatan, Masjid Muhammad Suharto di Sarajevo Bosnia dan sejumlah masjid lainnya di Tanah Air dan mancanegara.
Almarhum dikenal berkontribusi besar dalam membangun masjid ITB. Noe'man berjuang keras agar masjid di kampus tersebut dapat berdiri. Dia langsung mendatangi Istana Negara untuk bertemu langsung dengan Presiden Soekarno. Masjid itu dinamakan Salman.
Asal usul nama Salman berasal dari presiden RI sekaligus alumnus ITB, yakni presiden Soekarno. Pada Mei 1972, untuk pertama kalinya, Masjid Salman ITB digunakan untuk melakukan kegiatan shalat Jumat berjamaah.
Dalam pembangunannya, lahir juga berbagai organisasi yang berkaitan erat dengan Masjid Salman ITB. Organisasi-organisasi tersebut tak hanya sebagai wadah kepengurusan, tapi juga wadah diskusi, dakwah dan sebagainya. Kian tahun, terbukti bahwa Masjid Salman telah banyak melahirkan alumni-alumni ITB yang sekarang menjadi tokoh-tokoh berpengaruh di Indonesia, seperti Aburizal Bakrie, Hatta Radjasa dan sebagainya.
Selama ini, almarhum dikenal aktif di berbagai organisasi, seperti Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), Dewan Kehormatan Ikatan Nasional Konsultan Indonesia, Dewan Pembina Dompet Dhuafa Bandung serta organisasi lainnya. Noe'man dikenal aktif berorganisasi hingga akhir hayatnya.
Kepergian almarhum meninggalkan banyak karya, khususnya masjid. Ratusan pelayat mendatangi rumah sakit saat almarhum dirawat. Hingga jenazahnya dibawa ke rumah duka di Jl Karanglayung No 10, Sukajadi, Kota Bandung, ada saja masyarakat yang datang untuk menengoknya.
Sekretaris MUI Jabar H Rafani Achyar mengungkapkan, almarhum merupakan arsitek Muslim yang sampai saat ini tidak ada tandingannya. Karya-karya almarhum, khususnya dalam desain masjid, diakui baik oleh arsitek di Tanah Air maupun mancanegara.
Salah satu ciri khas karya almarhum, imbuh dia, yaitu masjid tanpa menonjolkan unsur kubahnya. "Beliau selalu mendesain masjid dikaitkan dengan aspek lingkungan hidup. Seperti, Masjid Puadai Jabar dan Masjid Salman ITB," kata dia menuturkan.
Menurut Rafani, almarhum merupakan tokoh Muhammadiyah Jabar. Pada tahun 1970 hingga 1980, almarhum tercatat sebagai pengurus Muhammadiyah Jabar. Aktivitas almarhum di Muhammadiyah, imbuh dia, tak lepas dari peran ayahnya, KH Djamhari, asal Garut, yang merupakan tokoh pendiri Muhammadiyah Jabar.
"Anak-anak KH Djamhari, di antaranya Prof Ahmad Noe'man dan H Sadelli, aktif di organisasi Muhammadiyah," kata Rafani yang menjabat ketua koordinator bidang kesehatan, hukum dan HAM, hikmah dan kebijakan publik pimpinan wilayah Muhammadiyah Jabar.
Rencananya, shalat jenazah akan digelar di masjid yang pernah dirancangnya di kampus ITB. Jenazah kemudian dimakamkan di TPU Cikutra. Oleh Joko Suceno, ed: Erdy Nasrul
Kutipan:
Beliau selalu mendesain masjid dikaitkan dengan aspek lingkungan hidup. Seperti, Masjid Puadai Jabar dan Masjid Salman ITB.
Komentar
Gunakan Google Gunakan Facebook