Clock Magic Wand Quran Compass Menu

Benarkah Argumen Pindah Ibu Kota untuk Hindari Bencana?

Bencana karhutla di Kalimantan justru mengancam ibu kota baru

Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla mengumumkan pemindahan ibukota negara di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (26/8).
Republika/Edwin Dwi Putranto Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla mengumumkan pemindahan ibukota negara di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (26/8).

REPUBLIKA.CO.ID, Salah satu argumentasi yang dinyatakan Presiden Jokowi untuk memindahkan ibu kota ke Kalimantan adalah karena Jakarta terancam gempa bumi, banjir, pergerakan atau penurunan muka tanah, macet, dan polusi udara. Singkat kata, dikhawatirkan banyak ancaman bencana jika ibu kota tetap di Jakarta. Ironisnya, kasus karhutla di Kalimantan sendiri belum bisa ditangani sejak 2011 lalu.

Sponsored
Sponsored Ads

Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), karhutla di Kalimantan terus berulang tiap tahun hingga sekarang. Bahkan, data BMKG menyatakan, di bulan Agustus 2019, titik api di Kalimantan Barat mencapai 1.879 titik, Kalimantan Tengah 646 titik, Kalimantan Timur 119 titik, Kalimantan Selatan 78 titik, dan Kalimantan Utara 77 titik. Seluruh provinsi di Kalimantan terdapat ancaman karhutla yang belum bisa diantisipasi hingga saat ini.

Scroll untuk membaca

Argumentasi menghindari bencana ini jelas argumentasi yang gagal dan ironis. Lalu, apa argumentasi sebenarnya? Dana pemindahan dengan taksiran Rp 466 triliun disebutkan bukan hanya dari APBN, melainkan juga dari investasi swasta. Bukankah dengan demikian kemandirian negeri ini semakin mandul dan keran neoliberalisme semakin terbuka lebar? Sungguh memprihatinkan.

PENGIRIM: RYANG ADISTY FARAHSITA, alumnus Pascasarjana FIB UGM

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].

Berita Terkait

Berita Terkait

Rekomendasi

Republika TV

>

Terpopuler

>