Clock Magic Wand Quran Compass Menu

Fauna Langka Diidentifikasi di Hutan Bromo Karanganyar

UNS menemukan fauna langka yang bukan di habitatnya.

Elang Ular Bido.
Republika/Edwin Dwi Putranto Elang Ular Bido.

REPUBLIKA.CO.ID, KARANGANYAR -- Tim peneliti dan Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo berhasil mengidentifikasi sejumlah fauna langka di hutan Gunung Bromo Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Gunung Bromo merupakan Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) yang pengelolaannya diserahkan Kementerian Lingkungan Hidup kepada UNS sejak April 2018.

Sponsored
Sponsored Ads

Tim peneliti fauna sekaligus dosen Pengelolaan Hutan di Fakultas Pertanian UNS, Ike Nurjuita Nayasilana, mengatakan, hasil penelitian dari tim fauna telah menemukan 44 spesies burung termasuk tiga jenis raptor atau burung pemangsa, kemudian 19 spesies reptil, 36 jenis kupu-kupu, dan tiga jenis mamalia. Spesies burung endemik yang ditemukan, yakni bubut Jawa, di mana biasanya ditemukan di rawa-rawa.

Tiga jenis raptor tersebut, yakni elang ular karena lehernya seperti ular, kemudian elang bido, serta elang hitam. Ada banyak sekali jenis elang di dunia, khusus di Asia ada 250-an jenis elang. Di Indonesia, ada empat jenis elang yang hidup di darat, yakni elang ular, elang Jawa, elang bido, dan elang hitam.

Scroll untuk membaca

Selain itu, ada juga elang yang hidup di laut. Menurutnya, empat jenis elang darat tersebut lebih banyak ditemukan di Jawa Barat, seperti di kawasan Gunung Gede-Pangrango, Halimun, Ciremai. Dia juga heran di Jawa Tengah bisa didapatkan tiga jenis di kawasan Gunung Bromo Karanganyar.

"Elang hitam ada jantan dan betina, ada sarangnya, jadi ada kemungkinan breeding-nya. Kami akan coba observasi lebih lanjut terkait breeding (pembibitan)," tutur Ike kepada wartawan di kawasan hutan Gunung Bromo Karanganyar, Jumat (18/10).

Elang memegang posisi rantai makanan tertinggi pada ekosistemnya. Makanan elang ular khusus ular, sedangkan elang bido makanannya jenis mamalia tikus, sementara elang hitam pemakan segala jenis, seperti mamalia kecil, kadal, dan burung.

Kemudian, untuk spesies reptil, tim fauna UNS menemukan 19 spesies, tetapi semua jenis hampir umum ditemukan tempat lain. Namun, ada dua jenis reptil dilindungi yang ditemukan di kawasam tersebut.

Untuk insekta, tim menemukan kupu-kupu endemik yang dilindungi warna kuning hitam dan kupu-puku warna putih coklat. Menurut Ike, kupu-kupu masih cukup banyak ditemukan di hutan Bromo yang berada berdekatan dengan Gunung Lawu ini.

Selanjutnya, tiga jenis mamalia yang ditemukan, yakni masing-masing baru spesies kelelawar, tikus, dan bajing. "Menurut informasi ada landak dan kancil, tetapi kami belum ketemu," ujarnya.

photo
Elang bondol. (Republika/Raisan Al Farisi)

Tim fauna UNS diketuai oleh dosen Prodi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Sugiyarto. Total tim ada delapan orang. Selain dosen, tim tersebut juga mengerahkan lima mahasiswa yang melakukan penelitian skripsi.

Divisi Inovasi dan Pengembangan Usaha UPT Pusdiklat Kehutanan UNS Retno Tanding Suryandari mengatakan, ada sejumlah satwa langka yang sudah diidentifikasi di hutan Bromo, di antaranya burung Kakak Tua Raja. Padahal, kawasan tersebut bukan habitat Kakak Tua Raja.

UPT telah melaporkan ke pihak berwenang sehingga satwa tersebut sudah diamankan. Selain itu, juga ditemukan berbagai fauna langka seperti kupu-kupu. "Kami melakukan beberapa program bahwa habitat itu tidak terganggu sehingga bisa berkembang biak lebih bagus," ucap Retno. Di sisi lain, UPT Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan UNS juga melakukan pemberdayaan ekonomi kepada warga sekitar hutan.

Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Akademik UNS Ahmad Yunus mengatakan, di dalam hutan menjadi pengharapan dari sumber daya genetik yang bisa digunakan untuk berbagai tujuan, seperti pangan, obat-obatan, keseimbangan ekologi, dan kestabilan alam. Sehingga, dalam fungsi pendidikan dan pelatihan sangat diperlukan.

Selain itu, hutan sebagai sumber keragaman hayati baik flora, fauna, maupun mikrobia. "Akan sangat banyak sekali yang akan kita gali spesies-spesies yang belum kita lihat selama ini. Segera kita lakukan penelitian observasi dengan tujuan lebih baik untuk dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat," ujar Ahmad Yunus.

Ahmad Yunus menambahkan, UNS sudah melakukan pendekatan dengan masyarakat sekitar diajak bersama untuk menjaga hutan. Dari segi keamanan, UNS juga menambah polisi hutan yang menjaga siang malam secara bergiliran.

"Kalau kita sering ada di sini dan masyarakat tahu kalau hutan digunakan untuk pendidikan dan pelatihan dan mengajak masyarakat, akan menyadarkan masyarakat sekitar sini untuk lebih memiliki hutan ini. Sehingga, orang-orang yang semula ingin berbuat tidak baik akan bisa sama-sama saling menjaga," ujarnya. N binti sholikah, ed: agus raharjo

Berita Terkait

Berita Terkait

Rekomendasi

Republika TV

>

Terpopuler

>