Rabu 16 Sep 2020 05:12 WIB

Apakah Ada Pengawalan Saat Rasulullah SAW Berdakwah?

Dalam berdakwah, Rasulullah SAW punya para sahabat yang otomatis bersamanya.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Muhammad Hafil
Apakah Ada Pengawalan Saat Rasulullah SAW Berdakwah?. Foto: Kaligrafi Nama Nabi Muhammad (ilustrasi)
Foto: smileyandwest.ning.com
Apakah Ada Pengawalan Saat Rasulullah SAW Berdakwah?. Foto: Kaligrafi Nama Nabi Muhammad (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat menghadiri kajian keagamaan, sering kali terlihat ulama yang hadir sebagai pengisi acara dikawal oleh beberapa orang. Para pengawal ini biasanya berusaha memberi jalan kepada sang ulama saat berdesak-desakan dengan para jamaaah yang ingin menyalami atau sekadar mengambil foto.

Bagaimana jika di zaman Rasulullah SAW? Apakah ada pengawalan atau pengamanan saat Rasulullah berdakwah? Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Cholil Nafis menjelaskan bagaimana pengawalan saat Rasulullah berdakwah di Makkah dan Madinah.

Baca Juga

Dia menjelaskan, dalam berdakwah, Rasulullah SAW punya para sahabat yang otomatis bersamanya. Sebagaimana ketika Rasulullah hijrah bersama Abu Bakar. Lalu keduanya, dalam perjalanan hijrah dari Makkah ke Madinah, bersembunyi di Gua Tsur selama tiga malam.

"Rasulullah SAW hijrah bersama para Sahabat sampai akhirnya Rasul tiba di Madinah. Termasuk ketika di Madinah, bersama kaum Muhajirin yang juga sahabat-sahabat Rasul hijrah bersama Rasulullah," jelas Kiai Cholil.

Dia memaparkan, Rasulullah SAW memiliki sahabat dan siap menemani serta melindunginya. Apalagi ketika Umar bin Khattab masuk Islam. "Ketika Umar masuk Islam, siapa yang ingkar, mencaci Rasulullah, maka Umar orang pertama yang akan melakukan perlawanan," tuturnya.

Kiai Cholil juga menyampaikan, dakwah Rasulullah SAW itu dilakukan dengan cara yang lemah lembut meski terkadang diterima dengan perlakuan kasar bahkan sampai pada pengusiran. "Kalau memang Rasulullah tidak dikenal lemah lembut, maka tidak mungkin Rasulullah dapat mengislamkan orang-orang Madinah dan Makkah," katanya.

Dalam konteks negara Indonesia, terutama terkait penusukan ulama Syekh Ali Jaber, Kiai Cholil berpandangan, tokoh agama baik kiai, habib, maupun ulama termasuk yang membutuhkan pengawalan ketika melaksanakan suatu kegiatan dakwah. Namun, yang berkewajiban melakukannya adalah pemerintah melalui aparat keamanannya.

"Sebenarnya (pengawalan) itu kewajiban negara kalau di Indonesia. Kalau nanti pengawal itu dianggap bagian dari keamanan, ya sebenarnya di manapun berada, umat Islam, bangsa Indonesia, warga negara, itu berhak mendapat pengamanan dari negara," imbuhnya.

Kiai Cholil memandang, pengamanan merupakan kewajiban pemerintah melalui aparat keamanan karena menggunakan uang rakyat dalam mengemban tugasnya. Selain itu aparat keamanan juga instrumen negara untuk menjaga keamanan warganya. "Pejabat negara, kiai, ulama, habaib, tentu butuh pengamanan," tutur dia.

Sebelumnya, pendakwah Syekh Moh Ali Jaber ditusuk seorang pria saat mengisi kajian di Masjid Falahuddin, Tamin, Tanjungkarang, Pusat, Bandarlampung, pada Ahad (13/9) sore. Syekh Ali Jaber mengalami luka pada bagian atas tangan kanannya.

Setelah itu, Syekh Ali Jaber kemudian dilarikan ke Puskesmas terdekat untuk diberikan pertolongan. Jamaah yang hadir kemudian langsung menangkap lelaki yang melakukan penusukan. Aparat kepolisian langsung mengamankan pelaku ke tempat pos polisi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement