Rabu 28 Oct 2020 14:09 WIB

Respons Kedubes Prancis Atas Serangan Warganet

Kolom komentar medsos Kedubes Prancis diserang warganet yang geram dengan Macron.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Keterangan Kedubes Prancis atas respons warganet.
Foto: Facebook Kedubes Prancis
Keterangan Kedubes Prancis atas respons warganet.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Warganet menyerang kolom komentar laman Facebook Kedutaan Besar (Kedubes) Prancis untuk Indonesia. Kritik dan protes keras dilayangkan saat Kedubes Prancis berusaha mengklarifikasi pernyataan Presiden Emmanuel Macron yang dianggap bernuansa sentimen anti-Islam

Dalam keterangan tertulis yang diunggah di halaman Facebook-nya pada Selasa (27/10), Kedubes Prancis mengatakan sejumlah komentar di jejaring media sosial telah melencengkan posisi Prancis yang berusaha mempertahankan kebebasan berekspresi, beragama, dan penolakan ajakan kebencian. Komentar-komentar tersebut menjadikan pernyataan Macron saat upacara penghormatan terhadap Samuel Paty sebagai alat untuk tujuan politik.

Baca Juga

"Padahal pernyataan itu bertujuan mengajak untuk melawan Islamisme radikal (radikalisme) dan perlawanan tersebut dilakukan bersama-sama dengan umat Muslim Prancis, yang merupakan bagian integral dari masyarakat, sejarah, dan Republik Prancis," kata Kedubes Prancis.

Samuel Paty yang disinggung dalam keterangan tertulis itu adalah guru yang mengajar di sebuah sekolah di Paris. Pada 16 Oktober lalu, kepala Paty dipenggal oleh muridnya yang berusia 18 tahun. Peristiwa itu terjadi setelah Paty memperlihatkan kartun Nabi Muhammad SAW dalam kelasnya.

"Presiden Emmanuel Macron menyatakan dengan jelas bahwa tidak ada maksud sama sekali untuk menggeneralisir dan secara tegas membedakan antara mayoritas warga Muslim Prancis dan minoritas militan, separatis yang memusuhi nilai-nilai Republik Prancis," kata Kedubes Prancis.

Dalam keterangan tertulisnya, Kedubes Prancis turut mengutip pernyataan Dewan Peribadahan Muslim Prancis (CFCM) yang merupakan instansi resmi perwakilan umat Islam di Prancis. Inti dari pernyataan CFCM adalah mengecam pembunuhan Samuel Paty dan memperingatkan tentang merebaknya radikalisme serta terorisme dengan memakai nama Islam.

Alih-alih mendapat simpati, kolom komentar dari unggahan keterangan tertulis Kedubes Prancis itu dipenuhi komentar bernada geram.

"Lalu kenapa karikatur Nabi kami malah kalian pajang di gedung pemerintahan kalian? Omong kosong Pemerintah Prancis. Kami semua umat Islam marah dengan apa yang kalian lakukan," kata akun bernama Lib Nizamul Ilbi.

"Masalah besarnya adalah Emmanuel Macron menyatakan tidak akan menyerah untuk terus mendukung kampanye penerbitan kartun Nabi Muhammad, yang tentu saja tidak lain dimaksudkan untuk menghina Nabi kami yang mulia. Hal ini sungguh menyakiti hati dan menyerang keyakinan kaum Muslim di seluruh dunia, bukan hanya (yang Anda sebut sebagai) kaum ekstremis Prancis saja," tulis akun bernama Sugeng Fajarianto.

"Pembolehan kartun dan karikatur Nabi Muhammad SAW dengan dalih apa pun adalah pelecehan dan penghinaan kepada nabi serta seluruh umat Islam. Usir saja dubes Prancis. Serukan boikot massal," kata akun bernama Susilo.

"Kalau yang dimaksud hanya segelintir orang, kenapa karikatur Nabi kalian pajang di gedung pemerintahan kalian? Bukankah itu maksudnya untuk menyinggung semua Muslim? Telah tampak permusuhan yang mendalam kalian atas Islam dan Nabi Muhammad. Semoga balasan yang setimpal menimpa kalian," tulis akun bernama Wira Bachrun.

BACA JUGA: Sejarah Nabi: Mukjizat dan Keajaiban Nabi Muhammad SAW

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement