Jumat 08 Jan 2021 15:20 WIB

Sempat Memanas, Turki dan Prancis Siap Berdamai

Hubungan Turki-Prancis memanas dari mulai isu kartun Nabi hingga perang di Karabakh.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Infografis Perang Urat Erdogan vs Macron Makin Runcing
Foto: Republika
Infografis Perang Urat Erdogan vs Macron Makin Runcing

REPUBLIKA.CO.ID,  ANKARA -- Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan, bahwa Turki dan Prancis tengah membicarakan peta jalan untuk menormalkan hubungan, Kamis (7/1) waktu setempat. Pembicaraan keduanya dikatakan berjalan dengan baik.

Ankara siap untuk meningkatkan hubungan dengan sekutu NATO-nya jika Paris menunjukkan kemauan yang sama. Berbicara bersama mitranya dari Portugis, Augusto Santos Silva di Lisbon, Cavusoglu mengatakan ketegangan dengan Paris berawal dari sikap pemerintahan Macron yang menentang Turki pascaserangan Ankar ke timur laut Suriah terhadap YPG Kurdi Suriah.

Baca Juga

"Turki tidak secara tegas melawan Prancis, tetapi Prancis telah melawan Turki secara tegas sejak Operasi Mata Air Perdamaian," kata Cavusoglu dilansir laman Middle East Monitor, Jumat (8/1).

Ankara memandang YPG sebagai organisasi teroris yang terkait dengan militan Kurdi di negerinya sendiri. "Pada akhirnya, kami melakukan percakapan telepon yang sangat konstruktif dengan mitra Prancis saya Jean-Yves Le Drian dan kami sepakat bahwa kami harus mengerjakan peta jalan untuk menormalkan hubungan," kata Cavusoglu.

"Kami telah mengerjakan rencana tindakan, atau peta jalan, untuk menormalkan hubungan dan itu telah berjalan dengan baik. Jika Prancis tulus, Turki juga siap untuk menormalisasi hubungan dengan Prancis," ujarnya menambahkan.

Seperti diketahui, Turki berulang kali tegang dengan Prancis atas kebijakan di Suriah, Libya, Mediterania timur, dan Nagorno-Karabakh, bahkan soal penerbitan kartun nabi Muhammad di Prancis. Paris juga telah mendorong sanksi Uni Eropa terhadap Turki.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement