Selasa 13 Jul 2021 20:09 WIB

Taliban Sambut Baik Investasi China di Afghanistan

Taliban menyebut China sebagai negara bersahabat.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
Pasukan taliban di Afghanistan
Foto: VOA
Pasukan taliban di Afghanistan

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Taliban menyambut baik investasi China dalam rekonstruksi Afghanistan yang dilanda perang. Kelompok ini menyebut Beijing sebagai negara yang bersahabat.

"Kami menyambut mereka (China). Jika mereka memiliki investasi tentu kami menjamin keamanan mereka. Keamanan mereka sangat penting bagi kami,” kata juru bicara Taliban Suhail Shaheen dalam wawancara baru-baru ini dengan surat kabar South China Morning Post.

Baca Juga

Shaheen mengaku kalau Taliban telah berkali-kali ke China dan memiliki hubungan yang baik. Pengalaman itu yang membuatnya menilai Beijing sebagai negara bersahabat. "China adalah negara sahabat yang kami sambut untuk rekonstruksi dan pengembangan Afghanistan," ujar Shaheen.

Pernyataan menyambut investasi China oleh Taliban ini muncul saat Amerika Serikat (AS) dan pasukan sekutu keluar dari Afghanistan setelah perang 20 tahun. AS dan Taliban menandatangani kesepakatan Februari lalu, membuka jalan bagi pasukan asing untuk menarik diri dari wilayah tersebut, pembebasan tahanan, mengeluarkan para pemimpin Taliban dari daftar hitam teror, dan dukungan internasional untuk membangun kembali negara itu.

Dengan keluarnya pasukan asing telah menyebabkan Taliban meningkatkan tekanan pada pemerintahan Kabul. Banyak distrik jatuh di luar kendali pemerintah yang dipimpin oleh Presiden Ashraf Ghani.

Selain mengambil alih pemerintahan distrik, Taliban melanjutkan diplomasi ketika delegasi baru-baru ini mengunjungi Iran dan Rusia. Menyusul kepergian pasukan AS, juru bicara Taliban  menegaskan perlu untuk mengadakan pembicaraan dengan China.

"Orang-orang dari negara lain yang ingin menggunakan Afghanistan sebagai situs (untuk melancarkan serangan) terhadap negara lain, kami telah membuat komitmen bahwa kami tidak akan mengizinkan mereka baik itu individu atau entitas terhadap negara mana pun termasuk China. Ini adalah komitmen kami berdasarkan perjanjian Doha. Kami mematuhi kesepakatan itu," kata Shaheen.

Juru bicara Taliban mengatakan kelompoknya tidak akan mengizinkan kelompok separatis, termasuk Gerakan Islam Turkistan Timur atau ETIM beroperasi di Afghanistan. "Ya, itu tidak akan diizinkan masuk," ujar Shaheen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement