Selasa 10 Aug 2021 03:30 WIB

27 Anak Tewas dalam Pertempuran di Afghanistan

PBB melaporkan kekejaman di Afghanistan yang meningkat dari hari ke hari.

 Asap mengepul dari toko-toko yang rusak setelah pertempuran antara Taliban dan pasukan keamanan Afghanistan di kota Kunduz, Afghanistan utara, Minggu, 8 Agustus 2021. Pejuang Taliban hari Minggu menguasai sebagian besar ibu kota provinsi Kunduz, termasuk kantor gubernur dan markas polisi, kata seorang anggota dewan provinsi.
Foto: AP/Abdullah Sahil
Asap mengepul dari toko-toko yang rusak setelah pertempuran antara Taliban dan pasukan keamanan Afghanistan di kota Kunduz, Afghanistan utara, Minggu, 8 Agustus 2021. Pejuang Taliban hari Minggu menguasai sebagian besar ibu kota provinsi Kunduz, termasuk kantor gubernur dan markas polisi, kata seorang anggota dewan provinsi.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Sedikitnya 27 anak tewas dan 136 terluka di tiga provinsi Afghanistan selama tiga hari terakhir di tengah meningkatnya aksi kekerasan. Demikian disampaikan badan anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Senin.

"UNICEF terkejut dengan eskalasi cepat pelanggaran berat terhadap anak-anak di Afghanistan," kata perwakilan UNICEF untuk Afghanistan Herve Ludovic De Lys dalam sebuah pernyataan melalui surat elektronik.

Baca Juga

"Kekejaman meningkat dari hari ke hari. Kasus kematian dan luka-luka itu dilaporkan terjadi di Provinsi Kandahar, Khost dan Pakria."

Sebelumnya juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid menulis di media sosial bahwa kelompok militan tersebut merebut kendali sejumlah daerah di Aybak. Pada Ahad  malam, Taliban juga menyerang Kota Pul-e-Khumri, ibu kota provinsi tetangga Baghlan, sehingga memicu pertempuran sengit.

Banyak kota Afghanistan dan sekitar separuh dari 34 provinsi di negara itu menjadi ajang pertempuran sengit dalam beberapa pekan terakhir saat kelompok Taliban terus melancarkan serangan mereka terhadap pasukan keamanan.Taliban menguasai tiga ibu kota provinsi usai pertempuran sengit dalam beberapa hari terakhir.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement