Kamis 02 Sep 2021 21:46 WIB

Aparat Diminta Gandeng Tokoh Agama Usut Penyerangan Koramil

Pengerahan pasukan dinilai akan membuat masyarakat mengungsi.

Rep: Flori sidebang/ Red: Ilham Tirta
Personel Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) yang beroperasi di Papua.
Foto: Istimewa
Personel Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) yang beroperasi di Papua.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Lembaga Penelitian, Pengkajian, dan Pengembangan Bantuan Hukum (LP3BH), Yan Warinussy menilai, penyebab penyerangan pada Pos Persiapan Koramil Kisor, Distrik Aifat Selatan, Kabupaten Maybrat, Papua Barat harus diusut tuntas. Sebab, menurut dia, insiden ini terjadi secara tiba-tiba.

Warinussy pun belum dapat memastikan penyerangan itu dilakukan oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB), meski sebelumnya sudah ada klaim dari Juru Bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) Sebby Sambom yang menyebut bertanggungjawab atas aksi tersebut. “Jadi saya lihatnya tuh masih bisa dikatakan kelompok yang belum bisa diidentifikasi atau kelompok yang tidak dikenal,” kata Warinussy saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (2/9).

Ia menilai, ada beberapa hal yang dapat dilakukan pemerintah untuk menangani kasus ini. Pertama, aparat keamanan, khususnya TNI tidak buru-buru membuat keputusan untuk melakukan operasi militer atau menambah jumlah pasukan di lokasi kejadian. Apalagi, penyebab penyerangan ini pun belum diketahui.

“Kalau ada pengerahan pasukan bisa jadi nanti yang kita khawatirkan itu masyarakat sipilnya nanti harus mengungsi dan sebagainya, seperti yang sudah kita lihat kejadian-kejadian di Puncak, di daerah Pegunungan Tengah. Itu tidak boleh terjadi,” ujarnya.

Warinussy mengungkapkan, selama ini hubungan antara masyarakat Aifat dengan pemerintah daerah, TNI-Polri dan pimpinan agama sangat baik. Menurutnya, pemerintah maupun aparat keamanan dapat menggandeng tokoh agama di wilayah tersebut untuk mengusut kasus ini.

Mayoritas warga di daerah Aifat beragama Katolik. “Mungkin lewat Keuskupan Sorong melakukan pendekatan dengan bapak uskup supaya menghubungi para diaken atau pekerja-pekerja lapangannya supaya bersama-sama mencoba melakukan pendekatan dengan masyarakat untuk mengetahui siapa sebenarnya pelaku-pelaku yang melakukan ini,” kata dia.

Selanjutnya, kata dia, mendahulukan proses hukum. Ia menjelaskan, TNI dapat bekerja sama dengan polisi untuk mengungkap kasus penyerangan ini dari sisi penegakan hukum

“Jadi penegakan hukum dikedepankan supaya bisa cepat selesai dan tetap pendekatan persuasif menjadi langkah yang terakhir untuk membangun komunikasi. Sehingga bisa terjadi dialog yang setara untuk menyelesaikan masalah ini secara baik, selain proses hukum tetap jalan terhadap mereka-mereka yang melakukan ini menurut saya,  tetap harus diganjar dengan hukuman yang berat,” jelas Warinussy.

Pos Persiapan Koramil Kisor, Distrik Aifat Selatan, Kabupaten Maybrat, Papua Barat diserang sekelompok orang pada Kamis (2/9) sekitar pukul 04.00 WIT. Penyerangan ini menyebabkan empat anggota TNI meninggal dunia.

"(Penyerangan) Diduga dilakukan kelompok KST atau Kelompok Separatis Teroris dengan menggunakan senjata tajam parang," kata Pangdam XVIII/Kasuari, Mayjen TNI I Nyoman Cantiasa kepada wartawan, Kamis siang.

Cantiasa mengatakan, peristiwa ini dilakukan oleh sekitar 30 orang lebih. Selain mengakibatkan empat anggotanya gugur, dua orang lainnya mengalami luka berat. Sedangkan lima personel berhasil selamat dari penyerangan itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement