Selasa 08 Feb 2022 00:05 WIB

Studi Baru: Vitamin D Cegah Gejala Berat Covid-19

Pasien Covid-19 dengan defisiensi vitamin D lebih rentan alami gejala berat Covid-19.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Nora Azizah
Pasien Covid-19 dengan defisiensi vitamin D lebih rentan alami gejala berat Covid-19.
Foto: www.pixabay.com
Pasien Covid-19 dengan defisiensi vitamin D lebih rentan alami gejala berat Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Vitamin D telah diketahui dapat memberikan beragam manfaat bagi kesehatan, mulai dari kesehatan tulang dan gigi hingga menunjang sistem imun. Menurut studi terbaru, vitamin D juga memainkan peran dalam mencegah gejala berat Covid-19.

Temuan ini diungkapkan dalam sebuah studi yang telah dipublikasikan pada jurnal PLOS ONE. Studi ini melibatkan 1.176 pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit pada April 2020 sampai Februari 2021.

Baca Juga

Para pasien yang terlibat sebelumnya sudah pernah melakukan pengecekan kadar vitamin D dalam kurun waktu 14-730 hari sebelum mereka positif Covid-19. Data-data tersebut digunakan tim peneliti dalam studi ini.

Hasil studi menunjukkan bahwa pasien yang mengalami defisiensi vitamin D memiliki kemungkinan 14 kali lebih tinggi untuk mengalami Covid-19 berat atau kritis dibandingkan pasien dengan kadar vitamin D lebih dari 40 ng/mL. Defisiensi vitamin D dalam studi ini dikategorikan dengan kadar vitamin D kurang dari 20 ng/mL.

Peneliti juga menemukan bahwa tingkat mortalitas pasien Covid-19 dengan defisiensi vitamin D berkisar di angka 25,6 persen. Tingkat mortalitas pada pasien Covid-19 dengan kadar vitamin D yang mencukupi jauh lebih rendah, yaitu 2,3 persen.

Seperti dilansir Forbes, Selasa (8/2/2022), vitamin D dikenal memiliki banyak manfaat kesehatan. Beberapa di antaranya adalah mendorong kesehatan tulang dan gigi, menunjang sistem imun, serta menurunkan risiko kesehatan kardiovaskular.

"Merupakan sesuatu yang luar biasa, dan istimewa, untuk melihat perbedaan peluang pasien untuk mengalami gejala berat ketika kekurangan vitamin D dibandingkan yang tidak kekurangan," ujar peneliti Dr Amiel Dror.

Studi ini memang dilakukan sebelum kemunculan varian Omicron. Akan tetapi, temuan ini diperkirakan masih berlaku dalam kasus varian-varian Covid-19, termasuk Omicron.

"(Hasil menunjukkan) efektivitas (vitamin D) dalam meningkatkan sistem imun untuk menghadapi patogen virus yang menyerang sistem pernapasan," pungkas Dr Dror.

Tim peneliti mengatakan temuan dalam studi ini menambah panjang bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa riwayat defisiensi vitamin D dapat menjadi faktor risiko prediktif yang berkaitan dengan penyakit dan tingkat mortalitas terkait Covid-19 yang lebih buruk. Studi lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa besar dampak kecukupan vitamin D terhadap kondisi pasien Covid-19 dalam praktik klinis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement