Senin 07 Mar 2022 16:22 WIB

Pengamat: Puan Maharani Sulit Menyatu dengan Rakyat

Pengamat menilai elektabilitas Puan masih rendah karena sulit menyatu dengan rakyat.

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Bilal Ramadhan
Ketua DPR Puan Maharani. Elektabilitas Puan masih rendah karena dianggap sulit menyatu dengan rakyat.
Foto: istimewa
Ketua DPR Puan Maharani. Elektabilitas Puan masih rendah karena dianggap sulit menyatu dengan rakyat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat komunikasi politik dari Universitas Esa Unggul Jamiluddin Ritonga menanggapi terkait elektabilitas Puan Maharani yang hingga saat ini masih sangat rendah. Menurutnya, rendahnya elektabilitas Puan tentu disebabkan banyak faktor.

"Padahal, Puan sudah memasang baliho di seluruh Indonesia dan rajin turun langsung ke masyarakat. Tapi elektabilitas Puan masih rendah. Salah satunya karena Puan sulit menyatu dengan masyarakat," kata Jamiluddin kepada Republika, Senin (7/3/2022).

Baca Juga

Kemudian, ia melanjutkan meskipun Puan sering menemui masyarakat, namun hal tersebut tetap berjarak. Ada jarak penampilan Puan dengan masyarakat yang ditemuinya. Akibatnya, masyarakat tidak terlalu respek kepada Puan.

Masyarakat mempersepsi Puan bukanlah sosok yang dekat dengannya, termasuk dalam memperjuangkan aspirasinya. Lalu, kemampuan berkomunikasi dengan masyarakat sangat lemah. Puan terkesan dalam berkomunikasi belum berorientasi dengan masyarakat yang dituju.

"Dalam berkomunikasi, Puan kurang menunjukan empati. Akibatnya,  Puan kurang mendapat simpati dari masyarakat tang ditemuinya," kata dia.

Ia menambahkan padahal, dalam komunikasi empati sangat diperlukan. Melalui empati, masyarakat dapat menilai ketulusan Puan dalam berkomunikasi. Selain itu, aura kepemimpinan Puan kurang.

Akibatnya, ketertarikan Puan dimata masyarakat sangat rendah. Hal ini membuat popularitas Puan relatif tinggi, namun elektabilitasnya tetap rendah. "Faktor-faktor tersebut membuat nilai jual Puan menjadi rendah. Hal ini menyulitkan untuk mendongkrak elektabilitas Puan," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement