Jumat 08 Jul 2022 20:43 WIB

PM Jepang: Pembunuh Abe Seorang Pengecut

Kishida memastikan, pemilihan parlemen akan tetap berlangsung pada Ahad.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
 Orang-orang berdoa di peringatan darurat di tempat mantan perdana menteri Shinzo Abe ditembak saat menyampaikan pidatonya untuk mendukung kandidat Partai Demokrat Liberal selama kampanye pemilihan di Nara, Jumat, 8 Juli 2022. Mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, seorang tokoh konservatif yang memecah belah dan salah satu tokoh paling kuat dan berpengaruh di negaranya, tewas setelah ditembak dalam pidato kampanye Jumat di Jepang barat, kata pejabat rumah sakit.
Foto: AP/Hiro Komae
Orang-orang berdoa di peringatan darurat di tempat mantan perdana menteri Shinzo Abe ditembak saat menyampaikan pidatonya untuk mendukung kandidat Partai Demokrat Liberal selama kampanye pemilihan di Nara, Jumat, 8 Juli 2022. Mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, seorang tokoh konservatif yang memecah belah dan salah satu tokoh paling kuat dan berpengaruh di negaranya, tewas setelah ditembak dalam pidato kampanye Jumat di Jepang barat, kata pejabat rumah sakit.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida dan menteri kabinetnya buru-buru kembali ke Tokyo dari acara kampanye di seluruh negeri usai kabar penembakan terhadap mantan perdana menteri Shinzo Abe, Jumat (8/7/2022). Meski peristiwa ini mengguncang Jepang, dia berjanji pemilihan parlemen tetap berlangsung Ahad (10/7/2022).

Kishida menyatakan tindakan penyerangan tersebut merupakan upaya pengecut dan biadab. Abe adalah perdana menteri terlama di Jepang sebelum mengundurkan diri pada 2020 dan digantikan Kishida.

Baca Juga

Partai Demokrat Liberal yang berkuasa sedang menghadapi pemilihan majelis tinggi Jepang pada Ahad. Abe masih sangat berpengaruh dalam pemerintahan Partai Demokrat Liberal dan memimpin faksi terbesarnya, Seiwakai.

"Saya menggunakan kata-kata yang paling keras untuk mengutuk (tindakan) itu," kata Kishida sambil berjuang untuk mengendalikan emosinya.

Perdana menteri itu mengatakan, pemerintah berencana meninjau situasi keamanan. Meski dia menekankan, Abe telah memiliki perlindungan tertinggi.

Abe ditembak dari belakang beberapa menit setelah memulai pidatonya di Nara. Dia langsung dibawa ke rumah sakit untuk perawatan darurat tetapi kondisinya saat itu tidak bernapas dan jantungnya berhenti.

Pria berusia 67 tahun itu kemudian dinyatakan meninggal. Menurut keterangan staf rumah sakit, dia telah mendapatkan perawatan darurat termasuk transfusi darah besar-besaran dilakukan.

Kepala departemen darurat Nara Medical University Hidetada Fukushima mengatakan, Abe menderita kerusakan pada jantungnya selain dua luka leher yang merusak arteri, menyebabkan pendarahan hebat. Dia berada dalam keadaan henti jantung dan paru-paru ketika tiba di rumah sakit dan tidak pernah mendapatkan kembali tanda-tanda vitalnya.

Siaran televisi NHK menayangkan video dramatis Abe berpidato di luar stasiun kereta api di kota barat Nara. Dia berdiri, mengenakan setelan biru laut, mengangkat tangan yang terkepal ketika dua tembakan terdengar. Video itu kemudian menunjukkan Abe pingsan di jalan, dengan penjaga keamanan berlari ke arahnya. Dia memegang dadanya, bajunya berlumuran darah.

Kemudian terlihat penjaga keamanan melompat ke atas seorang pria berbaju abu-abu yang berbaring telungkup di trotoar. Perangkat berlaras ganda yang tampak seperti senjata buatan terlihat tergeletak di tanah.

Polisi Prefektur Nara mengonfirmasi penangkapan pelaku penembakan bernama Tetsuya Yamagami atas dugaan percobaan pembunuhan. Mereka mengatakan, tim bahan peledak menggerebek rumah tersangka untuk mengumpulkan bukti.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement