Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image taufik sentana

Aceh dan Budaya Kopi

Gaya Hidup | Saturday, 05 Nov 2022, 20:55 WIB
Dok. Taqiya

Rilis Safrijal job via fb.

Kopi bagi laki-laki dewasa di Banda Aceh, adalah konsumsi wajib setelah nasi dan lauk-pauk. Kopi telah mempengaruhi kultur ekonomi kita dalam kehidupan sehari-hari. Mungkin kira-kira sampai 20 persen pengeluaran bulanan dibelanjakan di warung kopi.

Namun konsumsi kopi bukanlah jenis penyakit konsumerisme kapitalisme yang meresahkan. Konsumsi kopi yang umumnya adalah warung kopi tradisional berupa kopi saring robusta adalah bagian dari kultur konsumsi ala ekonomi kerakyatan. Mengapa?

Warung kopi tradisional harganya terjangkau. Mencirikan budaya konsumsi masyarakat kebanyakan. Bukan representasi kelas sosial menengah atas. Warung kopi ini membuka banyak lapangan kerja: mulai dari pelayan, barista, penjual rokok, penjual makanan di rak: nasi/mie/dll, pembuat kue hingga tukang parkir. Satu warkop bisa menyerap sampai 10-15 tenaga kerja atau lebih. Berarti menghidupkan 10-15 dapur rumah tangga.

Kopi menjadi ruang publik yang inklusif, menjadi salah satu tumpuan interaksi sosial secara fisik yang lebih intens di era digital yang lebih cenderung pada interaksi jagat maya. Warkop menjadi instrumen menjaga tradisi komunal.

Kopi bagi anak muda jadi tempat co-working space yang relatif murah. Bisa akses internet bermodal segelas kopi seharga lima ribu rupiah tanpa batasan waktu.

Warung kopi saring atau robusta mampu bertahan di tengah masifnya perkembangan tren cafe kopi mesin atau yang menyajikan kopi arabica di Banda Aceh.

Stimulus energi yang diberikan kopi menjadi pemacu etos kerja bagi pekerja informal dan pelaku usaha sektor kreatif yang pekerjaannya tidak terikat kantor dan jam kerja. Ini bermakna bahwa warkop tidak selalu identik dengan budaya malas dan santai-santai.

Cukuplah kopi menjadi kemewahan terakhir di tengah kondisi ekonomi yang katanya akan menuju resesi. Hanya dengan ke warkop, menjadi alternatif healing yang relatif jauh lebih murah bagi warga Banda Aceh dibandingkan hiburan dan healingnya warga kota besar.

#bandaaceh #kopi #sanger #budaya

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image